NASIHAT: METODE PENDIDIKAN ALA NABI

banner 468x60

Hadits bagi umat islam merupakan sesuatu yang penting karena didalamnya terungkap berbagai tradisi yang berkembang pada masa Rasulullah SAW. Tradisi-tradisi yang hidup pada masa kenabian mengacu kepada pribadi Rasulullah SAW, sehingga didalamnya syarat akan berbagai ajaran islam.Hal ini terus berjalan dan berkembang seiring dengan kebutuhan manusia.

Atas dasar keberlangsungan ini lah umat manusia zaman sekarang bisa memahami, merekam dan melaksanakan tuntutan ajaran islam yang sesuai dengan apa yang dicontohkan nabi Muhammad SAW.

Bacaan Lainnya

Seiring dengan perkembangan kebutuhan dan perkembangan manusia yang semakin kompleks serta diiringi dengan keinginan untuk melaksanakan ajaran Islam yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW, maka hadits menjadi sesuatu yang hidup di dalam masyarakat atau lebih dikenal dengan istilah living hadis.

Living hadits didasarkan atas adanya tradisi yang hidup di masyarakat yang disandarkan kepada hadis. Kenyataan yang berkembang di dalam masyarakat mengisyaratkan adanya berbagai bentuk dan macam interaksi umat Islam dengan hadis. Penyebabnya tidak lain adalah adanya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diaksesnya serta pengetahuan yang terus berkembang melalui pendidikan.

Berbicara perihal pendidikan khususnya pendidikan agama, metode merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Salah satu metode yang dikerap digunakan dalam pendidikan yaitu metode nasihat. Apa dan bagaiamana metode nasihat ala nabi? Berikut penjelasannya

Menurut istilah metode nasihat merupakan mau’idzoh (nasihat) berasal dari kata وَعَظَ – يُوْعِظ, yang mempunyai arti memberi nasihat. Berdasarkan pada makna asalnya, mau’idzoh dapat diartikan memberikan nasihat atau memberikan pelajaran tentang kebaikan atau kebenaran kepada seseorang agar diamalkan dalam kehidupannya sehari-hari. Menurut Asnelly Ilyas, istilah mau’idzoh yang digunakan dalam al-Qur’an memiliki beberapa arti, diantaranya adalah memberi nasihat dan memberi peringatan.

Dasar metode nasihat dalam pendidikan yaitu hadis Rasulullah SAW berikut:

حَدَّثنا مُحَمَّدَ بْنُ عَبَّادٍ الْمَكِيِّ, حَدَّثَنَا سُفْيَانُ. قَالَ: قُلْتُ لِسُهَيْلٍ: إِنَّ عَمْرًا حَدَّثَنَا عَنِ الْقَعْقَاعِ, عَنْ أَبِيْكَ. قَالَ وَرَجَوْتُ أَنْ يُسْقِطَ عَنِّى رَجُلًا. قَالَ: فَقَالَ: سَمِعْتُهُ مِنَ الَّذِي سَمِعَهُ مِنْهُ أَبِي. كَانَ صَدِيْقًا لَهُ بِالشَّامِ. ثُمَّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ, عَنْ سُهَيْلٍ, عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيْدَ عَنْ تَمِيْمٍ بْنِ الدَّارِيْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ), قُلْنَا: لِمَنْ؟. قَالَ: (لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ). (رواه مسلم)

…….Abu Ruqayah (Tamim) bin Aus Addary r.a berkata: Nabi SAW bersabda: Agama itu nasehat. Kami bertanya untuk siapa? Jawab Nabi: Bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan pemimpin-pemimpin serta kaum muslimin pada umumnya.” (HR. Muslim)

Lebih lanjut Imam An Nawawi Rahimahullah menjelaskan:

وَأَمَّا نَصِيحَة عَامَّة الْمُسْلِمِينَ وَهُمْ مَنْ عَدَا وُلَاة الْأَمْر فَإِرْشَادهمْ لِمَصَالِحِهِمْ فِي آخِرَتهمْ وَدُنْيَاهُمْ ، وَكَفّ الْأَذَى عَنْهُمْ فَيُعَلِّمهُمْ مَا يَجْهَلُونَهُ مِنْ دِينهمْ ، وَيُعِينهُمْ عَلَيْهِ بِالْقَوْلِ وَالْفِعْل ، وَسِتْر عَوْرَاتهمْ ، وَسَدّ خَلَّاتهمْ ، وَدَفْع الْمَضَارّ عَنْهُمْ ، وَجَلْب الْمَنَافِع لَهُمْ ، وَأَمْرهمْ بِالْمَعْرُوفِ ، وَنَهْيهمْ عَنْ الْمُنْكَر بِرِفْقٍ وَإِخْلَاصٍ ، وَالشَّفَقَة عَلَيْهِمْ ، وَتَوْقِير كَبِيرهمْ ، وَرَحْمَة صَغِيرهمْ ، وَتَخَوُّلهمْ بِالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَة ، وَتَرْك غِشِّهِمْ وَحَسَدِهِمْ ، وَأَنْ يُحِبَّ لَهُمْ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ مِنْ الْخَيْر ، وَيَكْرَه لَهُمْ مَا يَكْرَه لِنَفْسِهِ مِنْ الْمَكْرُوه ، وَالذَّبّ عَنْ أَمْوَالهمْ وَأَعْرَاضهمْ ، وَغَيْر ذَلِكَ مِنْ أَحْوَالهمْ بِالْقَوْلِ وَالْفِعْل ، وَحَثّهمْ عَلَى التَّخَلُّق بِجَمِيعِ مَا ذَكَرْنَاهُ مِنْ أَنْوَاع النَّصِيحَة ، وَتَنْشِيط هَمِّهِمْ إِلَى الطَّاعَات .

“Ada pun nasihat bagi umumnya kaum muslimin, dan mereka adalah selain para pemimpin, yakni: dengan membimbing mereka untuk mendapatkan kebaikan baik dunia dan akhirat, menahan diri untuk menyakiti mereka, mengajarkan mereka apa-apa yang mereka tidak tahu dari perkara agama, menolong mereka dengan ucapan dan perbuatan, menutupi aurat mereka, memenuhi kekosongan mereka, mencegah kerusakan bagi mereka, memberikan manfaat untuk mereka, memerintahkan kepada kebaikan, mencegah mereka dari kemungkaran dengan lembut dan ikhlas, menyayangi mereka, menghormati yang tua, menyayangi yang muda, memperhatikan mereka dengan mauizhah hasanah, tidak menipu dan dengki, mencintai untuk mereka apa-apa yang dia cintai berupa kebaikan,membenci untuk mereka apa yang dia benci berupa hal yang dibenci, melindungi harta dan kehormatan mereka, selain hal itu melindungi keadaan mereka baik dengan ucapan dan perbuatan, dan menganjurkan mereka dengan akhlak yang telah kami sebutkan yang merupakan bagian dari jenis nasihat, dan membangkitkan hasrat mereka kepada ketaatan.”

Secara global hadits Imam Muslim tentang metode nasihat mencakup beberapa kandungan yang sangat penting dalam Islam. Di antaranya:

1. Inti sari dari agama adalah nasihat. Berkata Imam Al Khathabi Rahmatullah ‘Alaih:
وَمَعْنَى الْحَدِيث : عِمَاد الدِّين وَقِوَامه النَّصِيحَة . كَقَوْلِهِ : الْحَجُّ عَرَفَة أَيْ عِمَاده وَمُعْظَمه عَرَفَة
“Makna hadits: tiang agama dan penyangganya adalah nasihat. Ini seperti sabdanya: haji adalah ‘arafah artinya tiang dan mu’zham (unsur yang paling penting) dari haji adalah (wukuf) di ‘Arafah.”

2. Tak ada yang di anak emaskan dalam nasihat lalu dikecualikan, sebab semua akan mendapatkannya. Namun dengan makna, wujud, jenis, dan tuntutan yang berbeda-beda.
Sebagian ahli ilmu berpendapat bahwa nasihat adalah perhatian hati terhadap orang yang dinasehatinya siapapun dia. Nasihat adalah salah satu cara dari Mauidzoh Hasanah yang bertujuan untuk mengingatkan bahwa segala perbuatan pasti ada sanksi dan akibat. Mauidzoh Hasanah merupakan salah satu manhaj dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan cara memberikan nasihat. Nasihat harus berkesan dalam jiwa atau mengikat jiwa dengan keimanan dan petunjuk. Allah SWT berfirman:

………ولو أنهم فعلوا ما يوعظون به لكان خيرا لهم وأشد تثبيتا.  النساء: ٦٦

“…..dan Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka),”

Kemudian al-Qur’an memberikan cara penyampaian nasihat untuk peserta didik sehingga mampu memberikan kesan yang postif pada jiwa. Berikut beberapa kategorinya:
1. Perkataan yang membekas pada jiwa (qaulan baligha)

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلا بَلِيغًا

Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.” (Q.S 3: 63)

2. Perkataan yang lemah lembut

إذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (٤٣) فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (٤٤)

“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (Q.S 20: 43-44)

3. Perkataan yang ringan

وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِنْ رَبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُلْ لَهُمْ قَوْلا مَيْسُورًا (٢٨

“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas” (Q.S 17: 28)”

Ketiga kriteria di atas merupakan beberapa cara penyampaian nasihat yang dapat digunakan pendidik dalam mendidik peserta didiknya. Sehingga mereka memiliki akhalqul karimah seperti yang dicontohkan nabi semasa hidupnya.

Nasihat harus dilakukan dengan baik dan tulus bukan karena kemarahan dan ketidak senangan. Nasihat yang tulus akan mudah diresapi oleh jiwa yang menerima nasihat. Hatinya akan terbuka dan mampu meresapi nasihat yang diterimanya. Nasihat dapat diberikan dengan menceritakan kejadian yang lalu dan akibat-akibatnya, jika seseorang melakukan hal yang tidak baik. Hal ini dinyatakan dalam al-Qur’an surat Saba ayat 46.

قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ (سبأ: ٤٦)

“Katakanlah: “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, Yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.” (Q.S 34:46)

Dalam ranah implementasi, metode nasihat kerap kali diiringi dengan peringatan. Artinya dalam rangkaian memberi nasihat sekaligus dengan memberi peringatan. Nasihat dan peringatan yang diberikan kepada peserta didik harus dilakukan dengan bijak dan lemah lembut agar tidak menakutkan sehingga dapat diterima dengan baik. Namun di sisi lain, sebaiknya metode nasihat dikolaborasikan dengan metode lainnya, sebab akan menimbulkan kesan bosan kepada peserta didik jika hanya mengguakan metode nasihat. Jika peserta didik sudah merasa bosan dengan ribuan nasihat yang disampaikan oleh pendidik, maka ia akan mengacuhkan sehingga perubahan yang diharapkan sulit tercapai.

 

 

REFERENSI
A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Edisi Kedua, Tashih Ali Ma’shum dan Zainal Abidin Munawwir, Yogyakarta: Pustaka Progresif,1984.

Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh: Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam Islam, Bandung: Al-Bayan, 1998.

Imam An Nawawi, Al Minhaj Syarh Shahih Muslim Juz 2,Muasasah al Qurtubah: 1994.

Imam Muslim, Shahih Muslim, Riyadh: Daarutoibah, 2006.

M. Alfatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadis dari Teks ke Konteks, Yogyakarta: Kalimedia, 2016.M

. Husen Madhal dan Abror Sodik, Hadits BKI: Bimbingan Konseling Islam, Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008.

Pos terkait