Ghazwul Fikr, Dampak, dan Solusinya

banner 468x60

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat-sahabatnya telah berhasil dalam menyebarkan agama Islam, banyak cobaan yang dilalui, peperangan dimenangkan dan dakwah yang disebarkan, sehingga kini Islam telah dikenal di segala penjuru dunia. Dengan berjayanya Islam sebagai agama tentunya banyak pihak-pihak yang tidak menyukai hal ini, bahkan banyak orang-orang atau yang iri sehingga ingin menghancurkan dan memecah-belah agama Islam.

Apalagi di zaman modern ini, mereka (orang-orang kafir) ingin menghancurkan dan memecah-belah umat Islam tidak lagi melalui peperangan secara fisik melainkan secara pikiran. Karena, jika mereka menghancurkan umat Islam dengan cara peperangan tentunya umat Islamlah yang akan menang dari segi kuantitas. Sehingga atas dasar ini muncullah program Ghazwul Fikr yang disebut sebagai serangan pemikiran orang-orang kafir bagi kaum muslimin.

Maka bisa dikatakan bahwa mereka (orang-orang kafir) telah mendoktrin pemikiran-pemikiran sesat dan muncul berbagai istilah-istilah kaum pengikrar, seperti atheisme (manusia tak-bertuhan), sekularisme (upaya memisahkan akhirat dengan dunia, memisahkan agama dengan ilmu dan sebaliknya), serta liberalisme (kebebasan dan tidak memiliki aturan/ agama). Contoh dari ketiga aliran tersebut berhasil menyalip kepada pemikiran-pemikiran kaum muslimin dan merobohkan benteng-benteng akidah umat Islam saat ini. Mereka melakukan serangan pemikiran melalui media massa atau internet secara perlahan dan tidak disadari dengan segala cara. Lalu apa saja dampak Ghazwul Fikr ini terhadap pemikiran kaum muslimin?

Dampak dari Ghazwul Fikr ini, diantaranya bertujuan untuk mengubah pola pikir dan sikap seorang muslim secara perlahan agar mengikuti pemikiran dari musuh-musuh Islam, di antaranya pemikiran barat. Dalam menghancurkan kaum muslimin, sedikit demi sedikit akan rusak ruh dan akidah yang menyebabkan terpecah belahnya umat Islam. Hal ini akan sangat berbahaya jika kaum muslimin tidak bisa melawan pemikiran-pemikiran atau doktrin tersebut secara tegas.

Nyatanya saat ini banyak kaum muslimin belum sadar bahwa orang-orang kafir sudah mendoktrin secara perlahan sehingga, mereka merusak pemikiran kaum muslimin dengan beberapa cara pemikiran sekularisme, diantaranya fun, food and fashion berdampak banyak

dari produk-produk luar negeri yang dianggap sepele seperti makanan dan minuman haram,pakaian yang tidak menutup aurat, serta tontonan yang tidak pantas untuk dilihat yang melanggar syari’at Islam. Sehingga dianggap perlu meluruskan kembali pemikiran-pemikiran kaum muslimin yang telah menyimpang dari Al Quran dan As Sunnah. Sebagaimana dipaparkan Prof. Hamid Fahmi Zarkasyi, Ph.D (santri akademis, alumni Birmingham Inggris), menggejalanya tafsir moderat tidak dapat dilepaskan dari tafsir yang berlaku di Barat. Cheryl Benard mengungkapkan dari The Rand Corporation (lembaga think-tank untuk Security Council di Amerika Serikat), bahwa pemikiran global pasca 11/9, mendorong terbentuknya Muslim menjadi empat golongan:

  1. Fundamentalis; Muslim yang menolak demokrasi dan kultur Barat.
  2. Tradisionalis; Muslim konservatif yang mencurigai modernitas dan perubahan.
  3. Modernis; Muslim yang menginginkan dunia Islam menjadi bagian dari modernitas Barat.
  4. Sekularis; Muslim yang menjadikan agama sebagai wilayah individu, memisahkan negara

dengan agama.

Dari paparan tersebut, sangat jelas bahwa “sasakala gagasan”,“muslim moderat” yang dimaksud bukanlah wasathiyyah Islam, yakni konsep pertengahan dalam Islam seperti dijelaskan para ulama Muslim yang mu’tabar dan mu’tamad, baik kalangan salaf maupun khalaf.

Bagaimana solusi agar kita tidak terjerumus kepada Ghazwul Fikr ini? Maka solusi yang pertama, kita selaku umat Islam tentunya senantiasa berpegang teguh kepada tali (agama) Allah yaitu Al Quran dan As Sunnah. Sebagaimana di dalam Firman-Nya : “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai… (Q.s Ali Imran ayat :103)

Menurut tafsir Ibnu Katsir yang dimaksud ialah Al-Qur’an. Sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis Al-Haris Al-A’war, dari sahabat Ali secara marfu’ mengenai sifat Al-Qur’an,  yaitu: Al-Qur’an adalah tali Allah yang kuat dan jalan-Nya yang lurus.

Lalu selanjutnya kalimat “walaa tafarraquu” Allah memerintahkan kepada mereka untuk menetapi jamaah (kesatuan) dan melarang mereka berpecah. Hal ini ternyata menimpa umat ini, hingga bercerai-berailah mereka menjadi tujuh puluh tiga golongan. Di antaranya terdapat suatu golongan yang selamat dan diselamatkan dari siksa neraka. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti jejak Nabi Saw. Dan para sahabatnya.

Bahwa dengan berpegang teguh kepada agama Allah secara berjamaah akan menumbuhkan ukhuwah Islamiyah yang kokoh sehingga timbulnya persatuan umat Islam dalam menegakkan panji agama dan memberantas kesesatan-kesesatan tersebut.

Kedua, Allah SWT berfirman dalam surah Al Alaq ayat 1, Bahwa Perintah Allah SWT kepada manusia khususnya kita selaku orang yang berakal tentunya senantiasa bisa melawan pemikiran-pemikiran sesat tersebut dengan menumbuhkan minat membaca dan memperluas diskusi serta kajian keislaman baik di lingkup pendidikan maupun masyarakat. Tidak ada ketaqlidan sehingga mempunyai pijakan dan landasan untuk mengetahui yang haq dan bathil dalam memberantas kesesatan-kesesatan dimuka bumi. Barangkali tulisan ini dapat membuka pola pikir kita terhadap islamic world view juga kondisi umat Islam saat ini dalam menghadapi tantangan zaman di masa yang akan datang. Sehingga muncul generasi-generasi baru yang intelektual, kritis, progresif, dan revolusioner.

Pos terkait