Di Mesir hiduplah seorang mufassir perempuan pada abad 20-an yang mampu membuat perubahan pada nasib perempuan Mesir, saat itu Mesir masih dikuasi Perancis. akibat perlakuan terhadap perempuan yang tidak berprikemanusiaan memunculkan pemikiran yang timbul untuk mengembalikan eksistensi islam dalam menjaga fitrah perempuan. Ia sangat pintar sehingga mampu lulus dari beberapa sekolah kerajaan hingga menjadi murid para mashayih} di al-Azhar, sunggub menakjubkan bila dilihat dari sudut pandang wanita sekarang.
Zainab Al-Ghazali namanya, wanita hebat bergaris keturunan nabi Muhammad dari jalur ibunya. Ayahnya keturunan Khalifah Umar bin Khatab ra. Ia kelahiran 2 Januari 1917 di Mayeet Ghumar al-Daqliyah Buhaira. Dilihat dari latar belakang keluarganya, sudah dipastikan bahwa ia dibesarkan di lingkungan ahlu al-ilmi, keluarganya memegang teguh ajaran ahlusunnah wa al-jama’ah.
Wanita ini sangat sabar dan tabah untuk berjihad demi rakyat Mesir, suatu ketika Mesir mengalami gejolak hebat yang disebabkan faktor Internal pemerintahnya. Pada saat itu Zainab al-Ghazali sedang gencar-gencarnya dakwah untuk pembebasan, tidak hanya itu, ia juga merilis beberapa majalah-majalah islam. Demi melakukan jihad, ia bergabung dengan organisasi ih}wanul muslimin dan saling mendukung dengan Imam Hassan al-Bana, sayang sekali Imam Hassan al-Bana di tembak mati di tahun 1949 yang kemudian Zainab al-Ghazali memimpin pergerakan tersebut.
Keputusan yang ia ambil menjadikan dirinya terancam dibunuh oleh orang yang menentang pergerakan tersebut, seperti halnya disuatu hari, Gamal Abdul Nashir mencobah membunuhnya dengan rekayasa mekanisme kecelakaan. Rencana tersebut tentu saja berhasil namun atas kuasa Allah Zainab al-Ghazali tidak meninggal dan mengalami masa kritis, namun sangat disayangkan karena kasus ini ditutup dan pelakunya melarikan diri.
Dari sinilah kesabaran wanita hebat seperti Zainab al-Ghazali diuji, ia sangat berani mengambil konsekuensi dari pemerinah akibat jihad yang dilakukannya. Di tahun 1965 tangannya di kunci dengan rantai besi dan digelandang kasar aparat pemerintah dari rumahnya dengan tuduhan merusak konstitusi negara. Pemerintah Mesir Sungguh biadab pada kala itu.
Wanita hebat tesebut menjalani hukumannya dengan tabah dan percaya bahwa pertolongan Allah pasti tiba. Namun sama sekali tidak terbesit dalam pikirannya jikalau dia akan disiksa selama dipenjara dan diperlakukan tidak manusiawi. Zainab al-Ghazali ditempatkan di sel tahanan yang begitu gelap disertai banyak sarang tikus. Ia juga mengalami penyiksaan yang teramat pilu, didalam sana, kaki beserta tangannya diikat, dan dicabuk dengan pecut dari tali cemeti, cambukan itu pasti terasa 2 kali lebih sakit dari cambukan rotan, sehingga kulit halusnya memerah bahkan sampai berdarah.
Didalam penjara, Zainab di suruh untuk mengatakan hal yang mengarah pada kekufuran, bahkan ia dipaksa menghujat gerakan islam, ancaman dan paksaan tersebut tidak menembus keyakinan yang dimiliki Zainab al-Ghazali, ia menerima berbagai penyiksaan yang hebat sehingga bisa dikatakan, tidak ada yang sanggup menerima siksaan tersebut bagi orang biasa, kesabarnnya melebur menjadi satu di selah-selah tangisnya, semakin ia disiksa maka kesabarannya juga bertambah.
Penderitaan Zainab tidak berhenti disana, suatu hari ada seseorang misterius yang sengaja memasukkan anjing pemangsa kedalam sel nya, namun anehnya anjing tersebut malah patuh dan tiduran dikaki wanita hebat tersebut sambil menggesek-gesekan bulunya. Orang misterius itu kaget saat mengetahui anjingnya yang gagal membunuh Zainab al-Ghazali.
Bagaimana keajaiban tersebut terjadi? Itu dikarenakan dalam hati Zainab al-Ghazali selalu mengingat Allah dengan bertawakkal dan tidak berhenti berdzikir, hal ini lah menjadi point utama sebagai kunci kesabaran. Pada saat anjing itu berjalan mendekatinya, Zainab berkata “hai kau (anjing), kau termasuk hambah Allah dan aku adalah pejuang Allah!”maka saat itulah anjing tersebut duduk dan memperhatikan Zainab. Atas izin Allah, Pancaran energi positif yang dimiliki Zainab telah menyelamatkannya dari terkaman anjing itu.
Selama 6 tahun menjalani hukuman yang begitu pedih, akhinya Zainab al-Ghazali dibebaskan, dan kembali menyeruh keadilan serta menolak apapun yang menyimpang dari hakikat islam. Wanita hebat tersebut dikaruniai Allah umur yang panjang untuk berjiha>d dijalan Allah, Zainab al-Ghazali wafat pada tahun 2005 di umur 88 tahun dan sampai sinilah jiha>d mulianya selesai.
Semasa hidupnya banyak karya yang ia tulis, salah satunya adalah kitab tafsir Nazarat fi> kita>billah. Kepaitan hidupnya juga ia tulis pada bukunya yang berjudul Ayya>m min Haya>ti (hari-hari dari hidupku) untuk dijadikan renungan bagi pembacanya. Sejarah mengukir kesabaran dan ketangguhannya sehingga menjadi teladan tersendiri bagi wanita era moderen dengan aktifitas yang mulai beragam, semoga Allah meridhoi semua jihad dan amalianya sehingga mendapat tempat terbaik di syurga.