Di tengah dunia industri hiburan di negeri ini acap kali hubungan menantu perempuan dan ibu mertua digambarkan dengan stereotip negatif. Terlebih tayangan tersebut disajikan dalam bentuk serial drama atau sinetron dengan ribuan episode. Apakah yang disuguhkan dalam televisi benar adanya?. Atau hanya sebatas imajinasi skenario dengan tingkat tinggi?. Jawabannya adalah bisa jadi berangkat dari realitas sosial dalam kehidupan, dan kerap kali dibumbuhi rasa imajinasi yang gak ketulungan untuk mengaduk-aduk perasaan audien.
Sebagai kaum menantu perempuan hendaknya harus berhati-hati dengan tayangan yang sedikit banyak akan mempengaruhi kesehatan mentalitas. Kalau flash back masa penjajakan memilih pasangan pasti terlintas dalam benak, “bagaimana ya calon ibu mertua kita kelak”?. “Apakah beliau baik kepada menantu perempuannya”?. “Apakah beliau bla… bla… bla…”?. Berbagai bentuk pertanyaan yang terlintas di pikiran. Jika sudah muncul pertanyaan tersebut, silahkan cepat-cepat halau dengan afirmasi positif ya!.
Apakah kita bisa menjadi menantu perempuan yang bermutu?. Lantas bagaimana caranya menjadi perempuan bermutu?. Setiap perempuan yang berumah tangga, maka secara otomatis menyandang gelar menantu. Sebagai ibu mertua yang memiliki anak laki-laki pasti mendamba sosok menantu perempuan idaman penerus estafet perannya untuk sang bujang. Sebagai teman sehidup semati dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Bagi yang sudah bergelar menantu perempuan, pasti ada rasa yang menggelora dan semangat baja untuk menjadi yang bermutu dalam segala lini kehidupan. Makna dari kata bermutu tentunya tiap individu memiliki parameter yang berbeda. Hal tersebut kembali kepada kapasitas personal dan paradigma masing-masing. Namun, tujuan universalnya adalah menjadi menantu perempuan bermutu mencakup menjadi anak perempuan shalihah, istri shalihah, ibu shalihah, dan hamba Allah SWT yang shalihah terlepas apapun profesinya.
Adapun cara menjadi menantu bermutu menurut penulis adalah sebagai berikut. Pertama sebelum masa penjajakan beberapa tahun silam perbanyak pinta kepada Allah agar kelak dikaruniakan ibu mertua yang baik hati. Sebab, ibu mertua adalah salah satu anugerah terbaik untuk kita.
Kedua Ketika masa penjajakan berikan hadiah yang pantas untuk calon ibu mertua, seraya ucap dalam hati semoga hadiah ini wasilah kebaikan hubungan antara calon menantu dengan beliau. Bermula dari hadiah, kita membangun ikatan batin bersama.
Ketiga libatkan diri dalam urusan domestik. Ketika sudah menikah, menantu perempuan biasanya diminta tinggal beberapa hari atau beberapa bulan di rumah mertuanya. Hal tersebut sesuai dengan kesepakatan yang berlaku antara suami istri. Bahkan, hebatnya lagi ada beberapa perempuan yang mengabdikan dirinya untuk tinggal seatap dengan ibu mertuanya hingga akhir hayat.
Biasanya ibu mertua sangat suka dibantu oleh menantu perempuannya dalam mengerjakan tugas rumah tangga. Misalnya; biasanya kita memasak bersama di dapur – bagi menantu perempuan yang belum piawai dalam memasak tentunya ini sebagai ajang untuk kursus gratis. Nikmati saja aktivitas ini bersama beliau sambil kita menyelam lebih jauh menu andalan apa saja keluarga baru kita dan yang terpenting adalah cara pembuatannya sampai tersaji rapi di meja makan keluarga.
Keempat jika memiliki sebuah keinginan – misalnya niatan untuk berpindah rumah pribadi atau mengontrak, utarakan dengan baik dan jangan lupa ucapkan terimakasih atas kelapangan beliau menerima kita tinggal sementara waktu bersama beliau. Terkadang, di masyarakat kita masih dijumpai asumsi yang keliru “jangan jauhkan suami dengan ibu kandungnya”.
Hidup tidak seatap dengan mertua bukan berarti menjauhkan suami dengan ibunya. Hal ini dilakukan demi kedewasaan dan kemandirian pasangan suami istri. Tentunya tiap pasangan tidak ingin membebankan urusan dan tanggungan rumah tangga kepada orang tuanya. Semuanya berpulang pada kebijakan tiap rumah tangga.
Kelima jadwalkan kunjungan berkala. Misalnya; berkunjung sebulan sekali, atau dua pekan sekali atau pun sepekan sekali – jangan lupa diskusikan dengan suami. Jika sudah tidak seatap dengan ibu mertua pastinya menantu perempuan ada rasa kangen untuk sekedar bercerita, ngobrol santai, atau bahkan menikmati kreasi masakan ibu mertua yang melegenda di kepala.
Bahkan, tak jarang beliau berkirim pesan via sosial media jika anak menantu perempuannya lama tidak berkunjung ke sana. Entah karena kesibukan atau terdapat udzur syar’i.
Keenam sering memberi hadiah. Dalam hadis disabdakan oleh Nabi Muhammad saw, “Memberi hadiah menimbulkan rasa cinta”. Tiap kunjungan ke rumah mertua usahakan membawa “sesuatu”, misalnya makanan yang menjadi kesukaan beliau.
Ketujuh menganggap sama ibu mertua dengan ibu kandung. Pernyataan ini kerap kali didengungkan oleh ibu kandung penulis. Beliau berpesan untuk menyanyangi mertua, khusunya ibu mertua. Sebab, dari rahim ibu mertua terlahir suami. Melalui jiwa dan raganya, beliau berjuang mengasuh suami penuh kasih. Pengasuhan ibu mertua sampai saat ini masih kita rasakan, bagaiamana ketika beliau memberi wejangan dan pelayanan di meja makan untuk suami serta kita anak menantu perempuannya.
Kedelapan jangan lupa untuk memberikan hadiah khusus tahunan. Misalnya kala bulan ramadhan atau menjelang lebaran idul fitri, khususnya ibu mertua. Melalui obrolan yang intens dan bermutu, pastinya kita menantu sudah mengetahui hal apa yang beliau suka dan tidak suka.
Dari beberapa poin yang beliau suka, perlahan kita bisa mewujudkan secara perlahan sebagai menantu yang bermutu. Adapun sikap kita terhadap hal yang tidak disukai beliau seyogyanya mengupayakan dengan solusi yang lebih baik. Misalnya meminta pendapat beliau dengan dialog kejujuran dan meminta doa terbaik dari beliau untuk karir kita dalam membersamai anak lelakinya sehidup sesurga.
Dalam menjalani peran kehidupan tiada yang sempurna, sebab kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Namun, sebagai hamba Allah dan bergelar menantu perempuan tetap mengupayakan menjadi menantu bermutu dan mengharap ridha Ilahi.