Ahmad Dahlan Kyai Kafir

banner 468x60

Selain mbah Hasyim Asy’ari sebagai tokoh pendiri Nahdlatul ‘Ulama, penulis juga mengenal mbah Darwis yang juga sebagai tokoh pendiri Muhammadiyah. Dua tokoh ini yang sangat berpengaruh di negara Indonesia dengan berbagai kiprah dan caranya masing-masing serta ke-khas-an dalam mengemas cara berdakwahnya.

Mbah Darwis atau yang masyhur dengan nama Ahmad Dahlan merupakan tokoh pejuang sekaligus pendidik yang pantang menyerah dalam menyebarkan maslahat. Sang pendiri Muhammadiyah itu menghadapi banyak lika-liku kehidupan, termasuk ketika dirinya dituding mengajarkan ideologi kafir.

Masyarakat ketika itu belum seluruhnya menerima ide-ide gagasan pembaruan yang diusungnya. Alhasil, Mbah Dahlan tak hanya menerima tantangan dari pemerintah kolonial Belanda, tetapi juga sesama masyarakat dan muslimin yang berpandangan kolot.

Banyak ulama, mubaligh, ahli dakwah Islamiyah dan para khatib yang menerangkan bahwa agama Islam adalah agama yang benar, agama dari Tuhan yang Maha Esa, agama yang sesuai dengan akal dan ilmu, agama bagi segala bangsa disemua benua dan seterusnya

Keterangan-keterangann itu dipakai untuk mengajak atau menarik orang-orang umum agar suka, masuk dan menjalankan agama Islam. Namun apakah cara dakwah tersebut akan menarik sehingga banyak yang masuk Islam?.

Cara Mbah Dahlan dalam mendakwahkan ajaran agama Islam tidak pernah menerangkan tentang kebaikan-kebaikan Islam itu sendiri. Namun cara berdakwahnya adalah memperbaiki diri sendiri sebelum mengajak orang lain.

Penulis mengutip tulisan KRH. Hadjid yang merupakan salah satu murid termuda Mbah Dahlan, bahwa ketika itu pada bulan Maulud 1335 H di hadapan penghulu-penghulu, khatib-khatib, para Ulama, serta kyai-kyai yang hadir di serambi Masjid Besar Yogyakarta.

Mbah Dahlan berargumen seperti yang beliau pelajari dalam kitab Hidayatul Bidayah karangan Imam Ghozali yang menerangkan kebiasaan para Ulama yang suka menuduh orang lain. begini pernyataan mbah Dahlan : “Marilah kita sekarang mengajak para Ulama mengakui bahwa ulama ‘us-suuk, ulama dajjal ialah diri kita ini. Dan saya, Ahmad Dahlan, termasuk ulama-‘us-suuk yang merusak agama Islam. Mudah-mudahan pengakuan ini dapat menghapus dosa dan melebur amalku”.

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan beliau berkarakter tegas, sedikit bicara banyak bekerja, itulah kebiasaannya. Hal tersebut secara otomatis sedikit menyinggung beberapa tokoh yang hadir ketika itu karena cara berdakwahnya yang berbeda.

Beberapa pemikiran Mbah Dahlan yang ketika itu menjadikan beliau disebut kyai kafir adalah; (1) Mengubah arah kiblat sesuai dengan ilmu falak yang dipelajarinya, (2) Menganjurkan berpuasa dan berhari raya menurut hisab, (3) Ulama yang mengajar di sekolah non muslim, (4) Pembelajaran yang menggunakan peralatan orang kafir dan lain sebagainya.

Sebetulnya banyak intisari yang dapat kita ambil yaitu berpikirlah sebelum berkata. Tidak banyak berbicara tapi banyak bergerak. Tidak mudah menjadi orang yang fanatik.

Related posts