Pembahasan
Setelah membahas tentang Filsafat Barat dari era Yunani Kuno Hingga pada Abad Pencerahan (Renaissance), alangkah baiknya untuk mempelajari berbagai filsafat pada bagian bumi lainnya, seperti halnya bumi bagian Timur, yang bisa dibilang Filsafat Timur
Di belahan negara di dunia ini pastinya tidak terlepas dari ajaran kehidupan (filosofi kehidupan), dan ajaran-ajaran kehidupan atau filosofi kehidupan ini tidak hanya diperoleh dari Negeri Barat (seperti halnya pada bagian Benua Eropa), tetapi di dapat dari belahan Negeri Timur (yaitu pada bagian Benua Asia dan Timur Tengah. Adapun Filsafat Timur yang dikenal hingga kini dan dijadikan sebagai landasan untuk pelajaran kehidupan (Filosofi Kehidupan) adalah Filsafat China.
Filsafat Timur merupakan salah satu filsafat yang berasal dari Negara bagian Timur bumi atau dunia, contoh seperti halnya China, Timur Tengah, dan lain-lainnya
Filsafat Timur ini hampir sama dengan Tasawuf. Letak kesamaannya itu pada bagian mana? Pada bagian pembahasan dari Filsafat Timur, yaitu membahas tentang hal-hal mistik, salah satunya adalah Filsafat China atau Tiongkok.
Filsafat Tiongkok merupakan salah satu filsafat yang ada di negara Tiongkok yang pembahasannya tentang Humanisme. Humanisme ini dijadikan sebagai atribut paling utama dari Filsafat Tiongkok. Karenanya, peran manusia dan fungsi tempat mereka dalam masyarakat juga dan sejak awal menjadi focus perhatian para pemikir China.
Diskusi ini tentang seputar permasalahan atau problematika yang bersifat praktis, moral dan politik yang disukai oleh pemikir China daripada membahas yang bersifat metafisis. Karena, karena Filsuf Tiongkok cenderung bersifat duniawi.
Namun, kecenderungan tersebut tidak akan menjadi absen atau tidak dibahas atas pembahasan metafisis dari pemikiran filsuf tersebut. Salah satu contoh dari naskah terkait pembahasan tentang metafisik ini dalam pemikiran atau tradisi Tiongkok adalah kitab Yi Jing (I-Ching atau “Kitab Pergeseran atau Book of Change”). Kitab Yi Jing ini menjadi sebagai panduan dalam ilmu nujum. Kitab ini juga di yakini jika siapapun yang mampu memahami kitab tersebut, maka mampu memahami semua hukum alam.[1]
Sejarah Masuknya Pemikiran di Tiongkok
Awal mula masuknya pemikiran akan filsafat di Tiongkok di kisaran pada tahun ke 800 hingga 200 Sebelum Masehi. Yang dimana pada zaman tersebut terjadinya pergerseran politik dan kebangkitan intelektual secara besar-besaran di China. Sekitar abad ke 500-200 SM merupakan puncak-puncaknya yang disebut juga dengan Masa Klasik Filsafat Tiongkok.
China menyaksikan berbagai peristiwa, yaitu runtuhnya Dinasti Zhou pada tahun 256 SM yaitu berhasilnya pasukan Qin menguasai kota Chengzhou. Seiring juga dengan purnanya Dinasti Zhou, kekuasaanya juga makin hari makin tercerai berai pada kekuasaan pusatnya.
Scenario atau alur sejarah mendorong perselisihan panjang yang dikenal sebagai Perang Antar Negara (The Warring of State) yang dimana melibatkan berbagai negara yang terlibat dalam memperebutkan kekuasaan dan menyatukan negeri Cina (atas nama bendera mereka).
System pada zaman Dinasti Zhou ini organisasinya di Cina lebih menyerupai system Feudal (Feodal) dengan raja dari keluarga istana Zhou bertindak sebagai tampuk atau mengendalikan pranata kehidupan social dan membawahi ratusan pangeran yang mengepalai berbagai sebuah negara bagian.
Sistem ini juga diperkuat dengan metode relasi keluarga yang menghubungkan semua penguasa dengan keluarga istana Zhou. Jika relasi keluarga tersebut tidak ditemukan, maka di gantikan dengan system pernikahan.
System ini juga mewarnai pada dunia pendidikan, yaitu Pendidikan hanya bisa di akses oleh para aristokrat dan membuat kediaman para penguasa feudal menjadi bahan edukasi, sementara para kaum jelata ini tidak mendapatkan pendidikan formal seperti halnya yang di dapatkan oleh para aristokrat.
Dalam proporsi langsung dengan penurunan dinasti Zhou, semakin banyak bangsawan kehilangan tanah dan gelar mereka. Akibatnya, banyak mantan pejabat pemerintah dengan keterampilan dan pelatihan di berbagai bidang pendidikan dan seni yang menganggur dan tersebar di masyarakat umum. Untuk bertahan hidup, banyak dari mantan perwira ini menggunakan keahlian khusus mereka untuk mengajar demi uang. Kondisi ini juga menandakan bahwa China untuk pertama kalinya menjadi saksi lahirnya guru profesional selain pejabat pemerintah (atau sekarang biasa disebut swasta non-pemerintah).[2]
Taoisme
Taoisme merupakan salah satu ajaran Filsafat Tiongkok yang di ciptakan oleh Lao Tse, salah satu dari tokoh ajaran tersebut dan meluaskannya. Istilah Taoisme juga dikenal denga Daoisme.
Taoisme merupakan salah satu aliran tertua yang ada di China sebelum ajaran Konfusianisme yaitu sudah ribuan tahun lamanya aliran ini berada – dan aliran ini diperkirakan sekitar abad ke 3 SM. Tao ialah kekuatan utama di dalam alam semesta yang tedapat pada sebuah benda, terdapat pada inti segala benda di surgawi dan di bumi, bersifat kekal abadi dan tidak dapat berubah.[3]
Taoisme filosofis adalah ajaran mistik tentang – Tao, yaitu jalan, dan wu-wei (tindakan tanpa motivasi), sedangkan ciri utama dari berbagai aliran agama Taoisme yaitu ajaran tentang cara mencapai keabadian (- ch ‘ang sheng pu-ssu).[4] Keabadian yang dimaksud adalah jalan untuk menuju Nirwana atau Surga.
Ajaran Tao ini memiliki kitab tersendiri, yaitu Tao Te Ching. Kitab tersebut terdiri dari 81 buah sajak-sajak singkat disertai berbagai prosa singkat. Sekalipun kitab tersebut tipis, mencakupi berbagai aspek ajaran kehidupan. Kitab tersebut mengandung berbagai tantangan bagi siapapun untuk memahami maknanya yang lebih mendalam.[5]
Maksud dari kata Wu-wei ini bukanlah makna yaitu tiadanya motivasi, melainkan hidup tanpa adanya ketegangan. Wu-wei merupakan salah satu pedoman dalam hidup penganut Taoisme dan etika dalam memelihara kehidupan seseorang dan memberikan contoh “jalan” untuk menjadi seseorang yang bijaksana.
Taoisme ini di kembangkan oleh muridnya Lao Tse, yaitu Chuang Tse. Akan tetapi, karya bukunya Chuang Tse ini tidak menggambarkan ajaran Lao Tse murni, karena disini karya bukunya Chuang Tse penuh dengan pandangannya sendiri dan sudah menyimpang jauh dari ajarannya Lao Tse. Setelah Chuang Tse meninggal, banyak penulis yang melanjutkan ajaran Taoisme dengan keagamaan.
Yin Yang
Adapun salah satu ajaran keagamaan dari Taoisme ini adalah Yin Yang. Yin Yang ini merupakan salah satu ajaran keagamaan dari Tao yang mengajarkan tentang keseimbangan pada setiap yang ada di dunia. Seperti halnya kebaikan dan kejahatan, kebajikan dan kebatilan. Makna kata Yin dan Yang ini memiliki pemakanaan nya, yaitu kata Yin mewakili cahaya terang, kebaikan, pria, dan lain-lain. Sedangkan Yang mewakili kegelapan, keburukan, wanita.[6] Istilah kata Yin dan Yang ini hampir mirip dengan konsep ajaran Tasawuf yaitu Insan Kamil, yang dimana ajaran tersebut mengajarkan manusia untuk menjadi manusia sempurna yaitu mampu menyeimbangkan atau menaklukkan sisi jahat dan gelap yang ada pada diri manusia.
Adapun berbagai ajaran etika yang diajarkan pada konsep Yin Yang ini sebagaimana yang dikatakan oleh Daode Ching sebagaimana berikut “Tidak ada kutuk yang lebih besar daripada merasa kurang puas. Tidak ada dosa yang lebih besar daripada selalu ingin memiliki. Kemudian menyangkal diri adalah sikap menganggap diri dan hidup manusia hanyalah sebagai pinjaman dari alam semesta kepada manusia. Oleh karena itu, manusia yang bijaksana dan menginginkan hidup tenang dan tenteram akan mempercayakan seluruh hidupnya kepada Dao atau alam semesta”.[7]
Ajaran ini mengajarkan bahwasanya kita harus melepaskan dari unsur keduniawian, yaitu melepaskan seluruh kesombongan yang ada pada diri manusia bukan melepaskan apa yang telah di dapatkan segala sesuatu harta benda yang telah di dapatkan selama hidup di dunia.
Zuhud
Secara Bahasa zuhud diambil dari kata zahida fiihi wa’anhu, zuhdan wawa zahaadatan yang artinya berpaling dari sesuatu, meninggalkannya karena kehinaannya atau rasa penyesalan atas membunuh seseorang. Ada kata lainnya yaitu zahida fi dunya yang artinya meninggalkan sesuatu hal yang halal di dunia karena takut akan hisab-Nya, dan meninggalkan yang haram karena takut akan siksaan-Nya.[8]
Menurut Imam Al-Ghazali, orang zuhud adalah mereka yang di hatinya tak terlintas keindahan dan kenikmatan harta dunia (‘alaiq al-dunya). Untuk mengontrol diri agar tidak mencintai kenikmatan dunia, Imam al-Ghazali pun memilih hidup miskin. Adapun pendapatnya Imam Al-Ghazali yang mengatakan bahwa, orang kaya ialah orang yang memiliki sedikit angan-angan dan menerima semua pemberian. Gemerlap kenikmatan dunia bisa menipu banyak orang. Kekayaan dunia, menurutnya berpotensi menghambat perjumpaan seseorang dengan Tuhannya.
Insan Kamil
Insan Kamil secara umumnya bermaknakan yaitu manusia yang sempurna. Maksud dari manusia sempurna ini bagaimana? Maksudnya adalah, manusia yang bisa mengendalikan hawa nafsu yang ada pada dirinya. Di dalam konsepnya Taoisme juga ada yang membahas demikian tentang pengendalian seperti demikian. Menurut Abuddin Nata pada bukunya yaitu Akhlaq Tasawuf dijelaskan bahwasanya ada beberapa ciri yang dapat dilihat dari insan kamil ini. Yang pertama, yaitu bergunanya akal pikiran secara optimal, yaitu akal yang berfungsi untuk mengetahui segala perbuatan seperti adil, berakhlaq sesuai dengan esensinya dan dirasa wajib untuk melakukannya. Kedua, intuisinya berfungsi. Menurut Ibnu Sina, intuisi ini adalah berupa jiwanya. Jika jiwa manusianya bisa mempengaruhi manusia, maka orang tersebut hamper menyerupai malaikat dan mendekati kesempurnaan dalam dirinya.[9]
Hubungan Antara Taoisme dengan Tasawuf
Jika di tinjau lebih mendalam, sebenarnya ada berbagai hubungan antara ajaran Taoisme yang di prakarsai oleh Lao Tse dengan ajaran Tasawuf ini, yaitu pada konsep kesederhanaan akan menggunakan segala sesuatu yang ada di dunia ini yaitu berupa penggunaan bahan-bahan materi (jika di konsepnya Tasawuf lebih dikenal sebagai Zuhud). Pelajaran tersebut sangatlah berhubungan, karena sama-sama mengajarkan akan hal tersebut – intinya adalah diajarkan untuk tidak terlalu menggunakan apapun dengan berlebihan.
Selain hal tersebut, adapun ajaran dari keduanya yang memiliki hubungannya, yaitu kesempurnaan manusia (Insan Kamil). Bagaimana hal tersebut ada hubungannya? Bisa dijelaskan bahwasanya, manusia dilatih untuk mengendalikan sisi terang dan gelapnya. Dalam konsep Taoisme ini ada yang namanya ajaran Yin dan Yang. Yang dimana, filosofisnya mengatakan bahwasanya Yin Yang ini merupakan suatu symbol yang menggambarkan warna hitam dan putih pada kehidupan, termasuk juga pada diri manusia.
Di dalam konsep Yin dan Yang ini di jelaskan juga bahwasanya, manusia yang sempurna dan ingin mencapai Sang Kuasa harus mengendalikan apa yang ada pada dirinya, berupa mengendalikan sisi terang dan gelap pada diri setiap manusia. Jikalau dalam konsepnya Tasawuf lebih dikenal dengan nama Insan Kamil.
Penutup
Bisa diambil kesimpulan, bahwsanya antara Taoisme dengan Tasawuf ini ada kesamaan ataupun hubungan antar keduanya tersebut. Kedua aliran ini mengajarkan tentang bagaimana caranya agar kita melakukan kebaikan di dunia dan mengendalikan sifat-sifat buruk yang ada pada setiap manusia untuk menuju kesempurnaan dalam hidup ini.
Demikian Jurnal yang sudah dijelaskan tersebut. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan baik kata-kata yang kurang pantas untuk dibaca maupun kesalahan pada letak tulisan pada Jurnal ini.
Daftar Pustaka
Mark, Joshua. J, Filsafat Tiongkok Kuno, Terj. Mochammad Nasrul Chotib di publish pada tanggal 06 Juli 2020 (https://www.worldhistory.org/trans/id/1-11673/filsafat-tiongkok-kuno/)
Fathoni, Rifai Shodiq, Aliran Taoisme, di publish pada tanggal 26 Maret 2016 (https://wawasansejarah.com/ajaran-taoisme/#_ftn5)
Kohn, Michael. H, The Encyclopedia of Eastern Philosophy and Religion Buddhism, Taoism, Zen, Hinduism, A Complete Survey of The Teacher,Traditions, and Literatur of Asian Wisdom, Shambala: Boston, 1989
Souyb, Joe Soef, Agama-Agama Besar Di Dunia, Jakarta: Al Husna Zikra, 1996
Simatupang, Daniel, Peran Pemikiran Zuhud Ala Imam Al-Ghazali pada Masa Kini, di publish pada tanggal 25 November 2021 (https://www.laduni.id/post/read/73654/peran-pemikiran-zuhud-ala-imam-al-ghazali-pada-masa-kini)
Imas Damayanti, Ciri-Ciri Insan Kamil dalam Tasawuf, di publish pada tanggal 30 Juli 2020 pukul 04:55 (https://www.republika.co.id/berita/qe88wt366/ciriciri-insan-kamil-dalam-tasawuf)
[1] Joshua. J. Mark, Filsafat Tiongkok Kuno, Terj. Mochammad Nasrul Chotib di publish pada tanggal 06 Juli 2020 (https://www.worldhistory.org/trans/id/1-11673/filsafat-tiongkok-kuno/).
[2] Joshua. J. Mark, Filsafat Tiongkok Kuno, Terj. Mochammad Nasrul Chotib di publish pada tanggal 06 Juli 2020 (https://www.worldhistory.org/trans/id/1-11673/filsafat-tiongkok-kuno/).
[3] Rifai Shodiq Fathoni, Aliran Taoisme, di publish pada tanggal 26 Maret 2016 (https://wawasansejarah.com/ajaran-taoisme/#_ftn5)
[4] Michael H. Kohn, The Encyclopedia of Eastern Philosophy and Religion Buddhism, Taoism, Zen, Hinduism, A Complete Survey of The Teacher,Traditions, and Literatur of Asian Wisdom, (Shambala: Boston, 1989), hal. 360
[5] Joe Soef Souyb, Agama-Agama Besar Di Dunia, (Jakarta: Al Husna Zikra, 1996), hlm. 186.
[6] Rifai Shodiq Fathoni, Aliran Taoisme, di publish pada tanggal 26 Maret 2016 (https://wawasansejarah.com/ajaran-taoisme/#_ftn5)
[7] Rifai Shodiq Fathoni, Aliran Taoisme, di publish pada tanggal 26 Maret 2016 (https://wawasansejarah.com/ajaran-taoisme/#_ftn5)
[8] Daniel Simatupang, Peran Pemikiran Zuhud Ala Imam Al-Ghazali pada Masa Kini, di publish pada tanggal 25 November 2021 (https://www.laduni.id/post/read/73654/peran-pemikiran-zuhud-ala-imam-al-ghazali-pada-masa-kini)
[9] Imas Damayanti, Ciri-Ciri Insan Kamil dalam Tasawuf, di publish pada tanggal 30 Juli 2020 pukul 04:55 (https://www.republika.co.id/berita/qe88wt366/ciriciri-insan-kamil-dalam-tasawuf)