Biografi Imam al-Kisa’i, Begawan Nahwu dari Kufah

banner 468x60

Imam al-Kisa’i adalah figur yang amat terkenal setidaknya dengan ketokohan dalam dua hal. Pertama adalah popularitasnya yang sangat menjulang dalam ilmu ke-Nahwu-an. Kedua adalah ketenarannya yang begitu menggaung dalam jagat ilmu Qira’at.

Imam al-Dzahabi dalam kitab Siyar A’lam al-Nubala mengatakan bahwa Imam al-Kisa’i memiliki nama lengkap Ali bin Hamzah bin Abdullah bin Yahman bin Fairuz al-Asadi. Nama panggilannya (kuniyah) adalah Abu al-Hasan dan memang dikenal dengan julukan al-Kisa’i. Ia dipanggil dengan nama tersebut karena sebuah pakaian (Kisa’) yang ia punya dan ia gunakan pakaian tersebut untuk melaksanakan Ihram.

Read More

Rihlah intelektual Imam al-Kisa’i ini diawali dari belajar al-Qur’an dan dasar-dasar umum ilmu keislaman lainnya pada beberapa guru di daerah tempat ia tinggal. Tradisi ini kurang lebih sama dengan tradisi pembelajaran pada umumnya di dunia Islam, bahwa yang pertama kali dipelajari adalah al-Qur’an.

Kemudian Imam al-Kisa’i melanjutkan pendalaman pengetahuan ke jenjang berikutnya pada beberapa ulama pakar. Di antara beberapa nama gurunya adalah sebagai berikut.

Pertama Imam Hamzah bin Habib al-Zayyat. Kepada Imam Hamzah ini, Imam al-Kisa’i mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak empat kali dan menjadi rujukan utama dalam qira’at-nya. Suatu ketika Imam al-Kisa’i pernah ditanya siapa yang menjadi referensi qira’at-nya, ia pun menjawab dengan yakin, Imam Hamzah.

Kedua Imam al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi. Dalam Tarikh Ibnu Katsir ada pendapat yang mengatakan bahwa Imam al-Kisa’i pernah belajar Nahwu pada al-Khalil. Bila demikian berarti al-Khalil memiliki dua murid yang menjadi imam dua Madzhab Nahwu yakni Imam Sibawaih yang menjadi imam madzhab Nahwu di Bashrah dan al-Kisa’i yang menjadi imam madzhab Nahwu di Kufah.

Namun sepertinya masa belajar Imam al-Kisa’i kepada Imam al-Khalil tidak terlalu lama seperti Imam Sibawaih. Sebab al-Kisa’i langsung menanyakan kepada al-Khalil darimana ia beroleh ilmu Nahwu tersebut. Ketika Imam al-Khalil mengatakan bahwa ia beroleh ilmu tersebut dari orang-orang Hijaz maka al-Kisa’i langsung berangkat ke sana untuk mendalami Nahwu.

Sayang tatkala al-Kisa’i kembali dari perantauan pengetahuannya dan bermaksud bertemu dengan al-Khalil, rupanya al-Khalil telah dipanggil Allah SWT. Imam al-Kisa’i akhirnya berbincang dan berdiskusi dengan penerusnya Imam al-Khalil yakni Imam Yunus di Bashrah. Setelah itu al-Kisa’i langsung kembali ke Kufah dan mengembangkan madzhab Nahwu di sana.

Related posts