Cara Sukses Praktik Ngomong Bahasa Arab

banner 468x60

“Bahasa adalah sarana komunikasi”, kalimat tersebut adalah mantra yang dijadikan pegangan utama oleh kebanyakan para pembelajar bahasa asing. Hal itu juga berlaku untuk pembelajar bahasa Arab. Komunikasi menggunakan bahasa Arab atau dikenal dengan istilah al-kalâm atau al-takallum merupakan bentuk kemahiran produktif yang harus dikuasai. Dengan menguasai kemahiran yang produktif ini pembelajar akan mendapatkan berbagai manfaat yang akan diperoleh.

Namun, dalam realita di lapangan penulis menjumpai para pembelajar bahasa Arab yang mengalami berbagai problem – baik aspek internal maupun eksternal yang melatarbelakangi mereka terkendala dalam “ngomong” bahasa Arab.

Berikut terdapat tips menarik yang diperoleh penulis dari buku Miatu Suâlin ‘An Lughah Al-‘Arabiyyah:

Ubah mindsetmu “negatif menjadi positif”

Dalam praktik ngomong bahasa Arab, cobalah untuk memberikan afirmasi atau penegasan positif dalam pikiran bahwasannya kita mampu dan bisa. Beberapa pernyataan negatif yang wajib dihindari adalah sebagai berikut.

Pertama “ngomong bahasa Arab itu sulit”. Kata “sulit” di sini kita ubah menjadi “mudah”.

Kedua “aku tidak bisa ngomong bahasa Arab”. Kata “tidak bisa” di sini kita ubah menjadi “mampu”.

Ketiga “setiap ngomong bahasa Arab selalu mendapat kesulitan”. Kata “kesulitan” di sini kita ubah menjadi “kemudahan”.

Keempat “aku harus menguasai semua topik ketika ngomong bahasa Arab”. Kata “harus” di sini kita ubah menjadi “tidak harus”, kenapa demikian?. Menurut hemat penulis secara psikologis untuk pembelajar pemula atau level lanjutan bisa memberikan sedikit kelongaran pada diri sendiri agar tidak dihantui rasa stress atau ketakutan yang berlebihan dalam belajar bahasa asing.

Kelima “tidak boleh salah”. Ungkapan seperti ini agaknya terlalu menekan psikologi seorang pembelajar. Oleh sebab itu, kata “tidak boleh” kita ubah menjadi “boleh” melakukan kesalahan dalam proses belajar ngomong, sebab kesalahan adalah sesuatu yang wajar. Seorang pembelajar pastinya akan belajar dari “kesalahan” yang ia buat saat ngomong bahasa Arab dan menjadi bahan evaluasi untuk tahapan materi selanjutnya.

Keenam “untuk sukses belajar ngomong bahasa Arab, aku harus menghafal semua qawâid atau tata bahasa”. Mindset seperti adalah sebuah kekeliruan besar, sebab untuk ngomong bahasa Arab yang diperlukan adalah bahasa itu sendiri. Bahkan Abdullah Syarif founder Darul Ilmi-Arabic Course di Surabaya mengemukakan bahwa hal yang terpenting dalam belajar ngomong bahasa Arab adalah berbahasa terlebih dahulu, kemudian bahasa tersebut ditata oleh aspek qawaid – Jika memori pembelajar masih kosong dari bahasa, lantas apa yang akan diatur oleh qawaid?.

Cobalah untuk “tidak”

Poin kedua tidak jauh berbeda dengan pemaparan sebelumnya. Masih tentang mengatur pola pikir tentang bahasa Arab. Orang yang ingin sukses ngomong bahasa Arab harus menyingkirkan stigma atau ciri negatif yang melekat dalam diri pembelajar terhadap bahasa Arab.

Upayakan kita memiliki rasa cinta dan rasa semangat dalam belajar bahasa. Berawal dari dorongan internal dari diri pembelajar adalah salah satu aspek yang menentukan belajar bahasa Arab. Selain itu, upayakan untuk tidak menghafal qawaid, akan tetapi belajar memahami penggunaan qowaid secara aplikatif ketika ngomong adalah hal yang diperlukan.

Perhatikan “Native Speaker” ngomong

Untuk meningkatkan kualitas skill ngomong, kita bisa memperhatikan atau mengamati gesture yang dipraktikkan oleh para penutur asli bahasa Arab misalnya gerakan tangan, mimik muka, dan aksentuasi di saat mereka ngomong. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara mengakses acara di channel yang berbahasa Arab yang menyuguhkan berita, diskusi, khutbah, atau acara-acara lainnya.

Manfaatkan waktu “ngomong”

Lebih lanjut Syarif menuturkan dalam kajian bahasa Arab (KBA) tempo hari, jangan malu untuk praktik ngomong bahasa Arab sebab mitra tutur kita adalah “sepadan – yaitu orang yang sedang belajar “ngomong” bahasa Arab juga. Rasa minder atau malu yang ada harus dilawan dengan cara mencoba dan berlatih untuk “ngomong”.

Jika tidak melatih diri “ngomong” bahasa Arab sejak dini, maka pada masa mendatang akan memalukan diri sendiri. Sesuatu yang semakin ditunda-tunda, maka bisa dipastikan kita akan kehilangan banyak kesempatan.

Sebagai tambahan hal yang mendasar namun memiliki peranan yang signifikan adalah alat-alat penunjang dalam “ngomong” bahasa Arab misalnya : kamus saku yang memuat kosakata sederhana dan dekat dengan kehidupan kita, note (buku catatan kecil) yang akan memudahkan kita dalam mencatat kosakata baru yang kita jumpai atau kosakata yang belum kita ketahuai maknanya, headset merupakan alat yang penting dimiliki menurut penulis – melalui alat ini kita bisa menyimak dialog, audio, atau video dengan kualitas suara yang lebih jernih dan membuat kita fokus dengan apa yang kita simak.

Selamat mencoba tips sederhana di atas teman-teman, Jarrib Wa Lâhidl Takun ‘Ārifan!!!!

Related posts