Contoh Kata Sifat
Dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia terdapat salah satu kaidah bahasa yang membahas tentang kata sifat. Pengetahuan terhadap kata sifat di dalam bahasa Arab sangatlah penting. Tujuannya agar para pembelajar bahasa Arab bisa berbicara dan menulis kalimat dengan baik dan benar terutama yang bersinggungan dengan kata sifat. Selain itu, dengan pemahaman yang mendalam terhadap kata sifat akan mempermudah para pembelajar bahasa Arab untuk memahami konteks pembicaraan.
Selain itu, dalam kaidah bahasa Arab, terdapat banyak unsur dalam menyusun suatu kalimat. Mulai dari subyek (fa’il/dhomir), obyek (maf’ul bih), kata keterangan (dhorof), kata benda (isim), kata kerja (fi’il), kata sifat (na’at). Dari beberapa unsur tersebut, pembahasan dalam artikel ini berfokus kepada kata sifat (na’at) dan contohnya dalam bahasa Arab.
Pengertian Kata Sifat (Na’at)
Jika merujuk kepada buku mulakhosh qowaidu lughoh al arobiyyah karya Dr. Fuad Nikmah, kata sifat (na’at) adalah kata yang menunjukan sifat kata benda sebelumnya. Fungsi kata sifat dalam suatu kalimat yaitu dapat memperjelas kata sebelumnya. Contoh kata sifat (na’at) dalam bahasa Arab yaitu;
جَاءَ الطَّالِبُ النَّاجِحُ
(Telah datang seorang murid yang sukses)
Dalam pembahasan I’rob, maka diketahui sebagai berikut;
Kata “النَّاجِحُ” adalah kata sifat (na’at) untuk kata “الطَّالِبُ”. Harakat akhir dari 2 kata tersebut yaitu dhommah, hal ini mengikuti kaidah kata sifat dalam bahasa Arab.
Adapun contoh yang lain;
إِنْدُوْنَيْسِيَا مَدِيْنَةٌ عَظِيْمَةٌ
(Indonesia adalah negara yang besar)
I’rob dari kalimat di atas menunjukkan bahwa kata “عَظِيْمَةٌ” adalah kata sifat (na’at) untuk kata “مَدِيْنَةٌ”.
Macam-macam kata Sifat (Na’at)
Dalam bahasa Arab terdapat 2 macam kata sifat;
1). Na’at Haqiqi
Na’at hakiki merupakan kata sifat yang menunjukan kata sifat bagi kata sebelumnya. Berikut contoh na’at haqiqi dalam suatu kalimat;
رَجَعَ المُدَرِّسُ المَاهِرُ
(Telah pulang seorang guru yang pintar)
Berdasarkan contoh di atas, kata “المَاهِرُ” langsung menunjukan kata sifat “المُدَرِّسُ”, sehingga kata “المَاهِرُ” disebut na’at haqiqi.
Dalam pembagiannya na’at haqiqi terdiri dari isim dzahir, syibhul jumlah, jumlah ismiyyah atau jumlah fi’liyyah. Kemudian dalam hal i’rob (perubahan harokat/kata), na’at haqiqi mengikuti kata benda sebelumnya ketika berbentuk kata khusus (ma’rifah), kata umum (nakiroh) serta bentuk kata (mudzakkar/muannats). Adapun contohnya sebagai berikut;
حَضَرَ المُعَلِّمُ الفَاضِلُ فِى الْفَصْلِ
غَضَبَ السَّيِّدَةُ الفَاضِلَةُ فِى السُوْقِ
حَضَرَ المُعَلِّمَانِ الفَاضِلَانِ فِى الْفَصْلِ
غَضَبَ السَّيِّدَتَانِ الفَاضِلَتَانِ فِى السُوْقِ
حَضَرَ المُعَلِّمُوْنَ الفَاضِلُوْنَ فِى الْفَصْلِ
غَضَبَ السَّيِّدَاتُ الفَاضِلَاتُ فِى السُوْقِ
2). Na’at Sababi
Na’at sababi merupakan kata sifat yang menunjukan keterkaitan sifat dalam suatu kata benda. Adapun contohnya sebagai berikut;
جَاءَ الْأَبُّ الفَاضِلُ أَخُوْهُ
(Telah datang seorang ayah yang mulia saudaranya)
Contoh di atas menunjukkan bahwa kata “الفَاضِلُ” menunjukan sifat “أَخُوْا الْأَبُ”, sehingga kata “الفَاضِلُ” disebut na’at sababi.
———————————–
Untuk cek artikel tentang kaidah bahasa Arab bisa click disini
Punya naskah tapi bingung cari penerbit ? click disini