Bersolek, berhias, dan berdandan merupakan kumpulan kata yang memiliki relasi sinonim yang lekat eksistensinya dengan paras perempuan. Sudah menjadi rahasia umum jika perempuan distigmakan sebagai insan yang suka berlama-lama di hadapan cermin. Sebagaimana pepatah arab populer “al-mar’atu kal mir’aah” yang bermakna perempuan itu ibarat sebuah cermin. Kehidupan perempuan memang tidak dipisahkan dengan cermin, bagai dua mata uang yang tidak dipisahkan. Tapi agaknya statemen ini tidak bisa digeneralisir secara 100% dalam kehidupan kaum hawa. Terbukti di masyarakat kita kadang dijumpai perempuan yang enggan bersolek dengan berbagai argumen.
Namun bila kata bersolek disandingkan dengan kaum pria yang sudah berstatus suami khususnya apakah penting kata tersebut dalam hubungan rumah tangga? Adakah simbiosis mutualisme di antara keduanya?. Sejauh mana relasi bersolek dengan kehidupan seorang suami dalam rumah tangganya?. Dalam beberapa kitab sirah, dikisahkan dengan apik dan elegan bagaimana potret kehidupan Rasul teladan yang berstatus sebagai suami idaman bagi ummahatul mukminin. Beliau adalah sosok teladan di sepanjang zaman pada berbagai sendi kehidupan, utamanya persoalan rumah tangga. Membangun rumah tangga tidak sebatas hanya memberi nafkah zahir batin saja, banyak dari kaum suami yang menyepelekan bersolek-berhias di hadapan istrinya. Meskipun hal ini yang terkesan biasa, namun siapa sangka manfaatnya luar biasa bagi ketentraman jiwa istri.
Nabi pun Bersolek (?)
Diceritakan dalam kisah hidup baginda Nabi, sebelum bertemu dengan istrinya beliau selalu menyisir rapi rambutnya dan mengenakan minyak wangi. Tidak hanya itu saja, beliau mengenakan baju yang rapi dan pantas untuk dirinya. Hati perempuan mana yang tidak merasa bahagia kala suaminya datang dalam kondisi bersolek sedemikian rupa? Kebiasaan baik ini tak terbatas pada rasul saja, namun juga dilakukan oleh para sahabat dan generasi selanjutnya. Biasanya rasul selalu mewanti-wanti para sahabat selepas mengikuti peperangan agar membersihkan diri dan berpenampilan rapi sebelum bertemu dengan keluarganya.
Bisa digarisbawahi jika bersolek merupakan keharusan yang mestinya dijalankan oleh suami, bukan hanya menjadi tugas istri saja. Merujuk pendapat Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah pada bab “Suami Berhias Untuk Istrinya” bahwa perkara ini sangat dianjurkan, bahkan Ibnu Abbas berkata: “Sesunggghnya, aku berhias untuk untuk istriku sebagaimana ia juga berhias untukku”. Aku tidak suka hanya mengambil hakku saja yang ada padanya, tapi ia pun berhak juga mengambil haknya yang ada pada diriku. Hal ini senada dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 228, “…dan para perempuan mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf…”.
Kebersolekan Lelaki
Parameter dalam bersolek bagi kaum suami tentunya memiliki pelbagai perbedaan, hal tersebut mengacu pada urf, adat, kesesuaian, kemampuan, dan selera masing-masing. Imam Qurthubi juga memberikan sanggahan atas pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas sebelumnya, bahwa berhiasnya suami berbeda-beda keadaannya. Semuanya ini dilakukan demi memenuhi hak-haknya agar istrinya bahagia dan tidak berpaling kepada laki-laki lain.
Adapun contoh bersoleknya suami secara umum adalah dengan cara memerhatikan aspek ragawi, di antaranya: mandi secara teratur, membersihkan area lipatan anggota tubuh, memotong rambut secara berkala, membersihkan wajah dan merawatnya agar eye catching, memakai parfum, menjaga kebersihan nafas mulut, memotong kuku secara berkala, membersihkan lubang anggota badan dari segala kotoran secara berkala, berolahraga ringan – misal jalan kaki, berpakaian bersih dan pantas sesuai dengan situasi atau kesempatan, dan serangkaian berhias lainnya yang bisa dilakukan oleh suami untuk menyenangkan hati istrinya.
Sesuatu yang terlihat sepele, namun jika dilakukan dengan ilmu dan diamalkan dengan sepenuh hati akan membawa dampak yang signifikan. Hal tersebut setali tiga uang jika seorang suami melaksakan sunnah bersolek ini karena lillah ta’ala secara konsisten niscaya akan membuat rumah tangganya semakin berkah dan bahagia. Di sisi lain, istrinya akan bertambah cinta dan kasihnya terhadap suaminya. Sebab perempuan memiliki naluriah suka memerhatikan sesuatu secara detail dan menuntut kesempurnaan.
Maka tidak ada salahnya jika kaum suami memperbaiki atau meningkatkan aspek berhias untuk istrinya demi rumah tangganya. Tentunya, hal itu membutuhkan perjuangan yang terus-menerus dengan mengamal sunnah yang telah dicontohkan secara sempurna oleh Sang Baginda.