Ibnu Sina : Karantina dan Pesan

banner 468x60

Pemberitaan yang dilansir CNBC Indonesia Kamis (9/4/2020) meneken Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2020 tantang pelaksanaan “Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta”.

Menghadapi pandemi corona covid 19 ini, karantina dan isolasi salah satu strategi dalam menghadapi pandemik ini. Karantina dan isolasi berkembang menjadi berbagai bentuk, yang tujuannya membatasi kontak dengan lingkungan sekitar dan menekan penularan.

Read More

IBNU Sina (980-1037 M) yang di dunia Barat lebih dikenal Avicenna keteladanannya sebagai “Bapak Kedokteran Modern” pernah diangkat dalam film di Rusia. Film yang diproduksi 64 tahun tersebut ditonton jutaan orang lewat medsos karena apa yang dilakukan Ibnu Sina melawan virus saat itu bisa dikategorikan dengan kondisi Pandemi Covid-19 sekarang.

berkaitan dengan hal tersebut Ibnu Sina menganjurkan penggunaan karantina untuk mengendalikan penyebaran penyakit dalam ensiklopedia medis lima jilidnya berjudul The Canon of Medicine yang awalnya diterbitkan pada 1025.

Dalam karya tersebut, Ibnu Sina menjelaskan bahwa penyakit dapat menyebar melalui partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sebuah penemuan yang terbukti berabad-abad kemudian, setelah penemuan mikroskop. Sejarawan sepakat bahwa karya Ibnu Sina meletakkan dasar bagi karantina modern. Beberapa orang berpendapat bahwa sebutan “karantina” saat ini berasal dari istilah Arab “al-Arba’iniya” (keempat puluh), yang digunakan Ibnu Sina untuk menunjuk metode isolasi.

Menurut pengarang kitab As-Syifa (penyembuhan) dan Qonun fi At -Thib (qonun kedokteran) ini, virus yang ukuran kecil itu tidak dapat dilihat dengan kasat mata apabila tersebar akan menyebabkan orang terjangkit beragam gejala seperti batuk, sesak napas, bahkan dapat mengakibatkan kematian secara mendadak. Virus bisa menular lewat tangan (bersalaman), wajah (ciuman), rambut bahkan bisa lewat pakaian yang dikenakan oleh orang yang terpapar virus seperti corona saat ini. Metode dan praktik kedokteran Ibnu Sina dalam perang melawan virus tersebut dapat diungguh pada film durasi kurang dari 4 menit di medsos akhir-akhir ini. Dalam adegan film hitam putih itu, terdapat percakapan Ibnu Sina dengan muridnya yang menyarankan agar senantiasa tenang dan waspada menghadapi virus yang mengancam anak cucu Adam seantero dunia.

Warisan ilmu Ibnu Sina dan ilmuan muslim sangat berjasa bagi kehidupan manusia hingga sekarang dan mungkin pada masa mendatang. Begitujuga berbicara soal “karantina” pada dasarnya Rasulullah telah menanamkan nilai-nilai karantina dan himbauan ketika terjadi wabah penyakit.

Ahsin W. Alhafidz dalam Fikih Kesehatan (2010, 50-55) menjelaskan bahwa dalam suatu hadits, Rasulullah saw. melarang memasuki daerah yang dijangkiti penyakit tha’un (menular) dan juga melarang bagi penduduk daerah tersebut keluar. Ini merupakan pencegahan terbaik agar penyakit tersebut tidak mewabah (menular).

Terdapat pesan yang mungkin dapat kita introkpeksikan kembali dalam menghadapi pandemik corona ini dan menerapkan strategi karantina ini, terlebih beberapa hari lagi kita akan menyambut bulan suci Ramadhan 1441 H. Adapun pesannya adalah

  1. Jangan Panik dan tenang

Dikutip dari wikipedia Kepanikan, panik, gangguan panik atau serangan panik (panic, panic disorder, atau panic attack) adalah semacam kecemasan dengan ciri diserang rasa takut yang luar biasa selama beberapa menit, timbulnya perasaan bahwa suatu bencana akan terjadi, atau adanya ketidakmampuan untuk mengendalikan diri sekalipun sebenarnya tidak ada sesuatu yang buruk yang benar-benar terjadi.

Bersikaplah tenang karena itu bagian dari obat, salah satunya dengan selalu mengingat Allah. Sebagaimana firman Allah

أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang. (QS Ar-Ra’d: 28).

  1. Bersabar dan bertawakkal kepada Allah

Kesabaran adalah awal dari kesembuhan, dengan bersabar maka semua usaha akan menjadi mudah. Bisa jadi ujian ini adalah peringatan bagi kita untuk lebih taat lagi kepada Allah Swt. Jangan-jangan selama ini kita masih banyak melakukan kemaksiatan. Belum banyak berjuany untuk kemaslahatan kaum muslimin. Masih memilih-milih syariat-Nya. Atau bahkan enggan menerapkan Islam secara Kaffah

Related posts