Kesombongan Menghancurkan Qorun

banner 468x60

Seorang pemuda miskin pada zaman Nabi Musa  yang tidak memiliki apa-apa memohon didoakan pada Nabi Musa. Melihat keadaan pemuda yang sangat miskin tersebut maka Nabi Musa merasa iba.  Pada akhirnya Sang Nabi berdoa atas permintaan saudaranya tersebut agar Allah SWT memberikan harta untuk kebutuhan sehari-hari.  

Pemuda tersebut familiar dipanggil Qorun. Ia adalah sepupu Nabi Musa anak dari paman yang bernama Yusya saudara kandung dari Imron. Nabi Musa berdoa kepada Allah SWT memberikan sedikit harta untuk saudaranya tersebut sehingga Allah SWT pun mengabulkan doanya.

Pemuda yang dahulu miskin dan merasa hina di hadapan Nabi Musa tersebut sekarang menjadi orang yang kaya raya mendapatkan harta yang berlimpah. Semakin hari semakin bertambah sehingga harta yang dimilikinya sangat banyak.

Allah SWT memberikan ilmu jual beli sehingga pemuda tersebut menjadi mahir dalam berdagang perhiasan. Namun sikap yang ditunjukan pemuda justru malah semakin menjadikan dirinya sombong dan pelit untuk mendermakan hartanya. Qorun merasa semua itu hasil dari jerih payahnya sendiri dan hasil perniagaan yang dia kuasai sehingga tidak mau berbagi dengan siapapun. Bahkan ia selalu pamer kekayaan kepada penduduk di sekitar rumahnya sendiri.

Suatu hari Nabi Musa memerintahkan dua utusan kepada Qorun untuk mengingatkan supaya dia mengeluarkan hartanya untuk bersedekah kepada orang miskin. Namun utusan tersebut justru malah mendapatkan respon yang tidak baik karena keangkuhan Qorun yang tidak ingin mengeluarkan hartanya untuk bersedekah.

Kesombongan yang melekat pada diri Qorun semakin hari semakin ditunjukan kepada masyarakat setempat dengan memamerkan kunci gudang kekayaan yang disimpan oleh Qorun.

Pemuda utusan Nabi Musa tersebut meninggalkan rumah Qorun yang sombong dan pelit dengan tangan kosong. Bahkan kedua pemuda Nabi Musa diusir oleh Qorun dan diingatkan untuk tidak kembali menemuinya. Kedua utusan tersebut meninggalkan dan melaporkan kejadian yang telah dialami selama berada di rumah Qorun kepada Nabi Musa AS.

Qorun pun memastikan dan melihat kekayaannya yang semakin bertambah dan bangga atas tercapai semua yang dikerjakan semata-mata jerih payah sendiri tanpa mengingat Allah SWT Sang Pemberi Rezeki dan mengatakan pada dirinya tidak ada seorangpun yang bisa mengambil harta darinya. Saat itu Qorun menjadi orang terkaya di Mesir dengan jumlah harta yang banyak bahkan kunci gudang untuk menyimpan hartanya harus dipikul oleh beberapa orang yang berotot kekar.

Qorun membangun sebuah istana sebagai tempat terindah baginya untuk memamerkan kepada penduduk negeri Mesir bahwa dialah orang terkaya yang memiliki harta melimpah. Setiap hari Qorun selalu memamerkan kunci yang terbuat dari emas kepada masyarakat dengan pengawal yang banyak. Qorun juga memperindah dirinya dengan mengenakan pakaian yang sangat mahal dan mewah.

Ketika Qorun memamerkan kesombongannya maka orang sekitarpun merasa terkejut dan terheran-heran atas sikap yang dipertontonkan oleh Qorun. Di antara mereka itu ada yang berkata “Lihatlah sekarang Qorun sangat kaya, jubah yang dikenakannya berlapis emas yang berkilau”. “Benar sekali tapi sanyangnya dia sangat sombong”. “Dia lupa bahwa semua harta itu milik Allah SWT dan akan kembali kepada Allah SWT”.

Pada suatu hari Nabi Musa AS menemui Qorun bersama dua pemuda yang pernah diutus mendatangi Qorun di sebuah pasar di mana Qorun berniaga disana. Setibanya di depan toko, Nabi Musa langsung menjumpai dan bertemu dengannya. Tanpa basa basi Qorun membuka percakapan dengan sombong kepada Nabi Musa AS,

“Wahai Musa apa yang membuatmu menemuiku?. Jika kedatanganmu hanya meminta dari hartaku maka sebaiknya kembalilah dan pulang”.

Nabi Musa memberikan nasihat dan mengingat masa lalu kepada Qorun bahwa dirinya adalah pemuda yang sangat miskin di kala itu sampai Allah SWT memberikan harta kepadanya. Namun Qorun yang angkuh dan sombong malah berkata kepada Nabi Musa, “Itu sudah jadi masa lalu, semua harta yang ku raih semuanya atas ilmu bisnis ku punya bukan karena Allah SWT”.

Nabi Musa tetap mengingatkan kepada Qorun untuk tidak sombong dan pelit. Nabi musa juga mengingatkan bahwa di setiap harta yang dimilikinya ada hak orang miskin untuk dibagikan kepada mereka yang berhak dan membantu untuk orang-orang yang membutuhkannya. Sesungguhnya Allah SWT dengan kemudahan-Nya memberikan harta kepada Qorun dan begitupun sebaliknya, sangat mudah bagi Allah SWT untuk mengambilnya kembali.

Maka Allah menggetarkan hati Qorun yang ketakutan sehingga dia mengingat seluruh hartanya untuk diselamatkan oleh orang-orang yang mengawalnya. Allah SWT datangkan gempa bumi dan timpakan kepada Qorun. Pun  Allah SWT menenggelamkan hartanya yang banyak itu ke dalam bumi. 

إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ (76) وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77) قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِىٓ ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ ٱللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِۦ مِنَ ٱلْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْـَٔلُ عَن ذُنُوبِهِمُ ٱلْمُجْرِمُونَ (78)

“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka”.

Related posts