Memoar Syekh Ali Jaber

banner 468x60

Januari tahun 2021 Indonesia sedang diuji, dari bencana alam yang terjadi hingga kehilangan ulama.

Tepatnya hari Kamis 14 Januari 2021 sosok ulama yang moderat syekh Ali Jaber menghembuskan nafas terakhir. Beliau meninggalkan seorang istri yang beritanya sedang hamil calon anak ke empat.

Read More

Syekh Ali Jaber, sapaan akrab dari Syekh Ali Saleh Mohammed Ali Jaber, Beliau adalah salah seorang ulama dari kota Nabi, lahir di kota Madinah Al-Munawarah pada tanggal 3 Shafar 1396 H, bertepatan dengan tanggal 3 Februari 1976 M. Ia menjalani pendidikan, baik formal maupun informal, di Madinah.

Beliau merupakan anak pertama dari duabelas bersaudara dituntut untuk meneruskan ayahnya dalam berjuang berdakwah dalam syiar Islam. Meskipun beliau merasa beban karena bukan keinginan diri sendiri tetapi keinginan sang ayah, namun seiring berjalannnya waktu ia menyadari itu sebagai kebutuhan sendiri. Di usia yang masih belia, sebelas tahun ia telah hafal 30 juz al Qur’an.

Tidak heran, Sejak kecil Ali Jaber telah menekuni membaca Al-Quran. Ayahnya-lah yang mengawalinya dan memotivasi Ali Jaber kecil untuk belajar Al-Quran, karena dalam kitab suci itu terdapat semua ilmu Allah SWT. Dalam mendidik agama, khususnya Al-Quran dan shalat, ayahnya terkenal sangat keras, bahkan tidak segan-segan memukul bila Ali Jaber kecil tidak menjalankan shalat. Ini merupakan Pendidikan implementasi dari hadis Nabi Saw yang membolehkan memukul anak bila di usia tujuh tahun tidak melaksanakan shalat fardhu.

Beliau Ulama yang diterima dengan baik oleh kelompok Islam moderat seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), di sisi lain, juga bisa merangkul kelompok Islam yang kerap demonstrasi turun ke jalan. Mamang Haeruddin dalam artikelnya yang bertajuk “Memotret Jejak Dakwah Syekh Ali Jaber” menyimpulkan Jaber merupakan pendakwah yang bisa menjaga diri sehingga tidak terafiliasi dengan kelompok politik manapun.

Kehadiran beliau mulai tahun 2008 dakwahnya mendapat respon cukup baik dari Masyarakat Indonesia hingga beliau terus giat berdakwah dari pelosok-pelosok daerah. Tahun 2011 beliau dianugerahkan kehormatan menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Sejak saat itulah beliau merasamendapat amanah yang harus diemban untuk terus berdakwahatas nama Indonesia dan untuk Indonesia.

Selain berkutat dalam program menghafal al Qur’an, beliau juga menulis berbagai judul buku dari gaya hidup, seputar kesehatan, Herbalife, amalan doa dan lain lain

Selamat jalan syekh, ilmumu masih harus banyak dipelajari dan diambil ibrah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Allahu yarham. Al Fatihah

Related posts