PANDANGAN MASYARAKAT ERA MILLENIAL TERHADAP ILMU KALAM

banner 468x60

Ilmu kalam memiliki arti sebuah ilmu yang mempelajari dan mendefinisikan tentang ketuhanan dari segala aspek sesuatu yang berhubungan dengannya yang dapat mewujudkan keyakinan terhadapnya dan mampu memberikan sebuah pemikiran, hujja, dan argumentasi. Terdapat 2 pembagian dalam ilmu kalam di antaranya yaitu ilmu kalam klasik dan ilmu kalam modern. Pembahasan ilmu kalam klasik saat ini memiliki arti teologi islam yang lebih condong kepada pembahasan tentang teosentris atau ketuhanan yang menjadi titik focus pada pembahasannya. Sedangkan artian dari ilmu kalam modern adalah sistem nilai yang memiliki sifat illahiyah, akan tetapi jika di lihat dari sudut pandang sosiologis ilmu kalam modern memiliki arti sebagai fenomena peradaban, cultural, dan realitas social dalam kehidupan manusia yang bermasyarakat di era millennial.

Kata Kunci : Pemikiran ,Kalam, Teosentris

Latar belakang

Salah satu rukun ilmu- ilmu keislaman yang jarang sekali mendapatkan suatu perhatian adalah ilmu kalam ilmu ini termasuk dalam sentral dan pokok ilmu ushulludin. Tokoh- tokoh ahli pengkaji ilmu keislaman saat ini lebih sering membicarakan tentang sumber pokok yaitu al- qur’an dan sunnah. Akan tetapi beberapa tokoh- tokoh islam dapat juga berbicara tentang hukum islam. Persoalan- persoalan teologi saat ini harusnya menjadi bagian utama dari aqidah atau keyakinan. Dalam hal ini ilmu kalam yang seharusnya perlu di perhatikan tetapi saat ini menjadi ilmu yang sangat di abaikan upaya untuk melahirkan kembali saat ini tidak pernah ada. Ilmu kalam memiliki tujuan untuk memberikan perspektif sejarah teologis tentang teori- teori ketuhanan. Ilmu kalam masih saja berbicara tentang perspektif historis dan konfliktual

Pada era global atau zaman millenial, manusia akan di pertemukan dengan keragaman pengetahuan, budaya, dan teknologi. Mengenai semua itu manusia senantiasa akan berhadapan dengan realita kehidupan yang baru pula berbicara tentang persoalan kehidupan dalam perspektif agama, sains, budaya, ekonomi dan sebagainya  ilmu kalam saat ini sering kali memicu kontrofersi tidak hanya itu latar belakang ilmu kalam tidak hanya bersumber pada pokoknya saja namun juga bersumber dari peristiwa sejarah. Sejarah klasik banyak yang memperlihatkan banyak menunjukan kenyataan bahwa ilmu kalam itu lebih luas. Konsepsi teologis ilmu kalam dalam buku- buku yang berkembang masih berbicara seputar “TUHAN”. Konsekuensi ini justru melahirkan tendensi yang berkepanjangan. Konflik yang ada pasti berdebat seputar persepsi ketuhanan, tentang sifat tuhan, surge neraka, tentang dosa dan tentang takdir. Persoalan ini tuntas di kaji oleh para pendahulu/ mutakallimin. Menurut hasan hanafi kajian ilmu kalam seputar ketuhanan (teosentris) sudah selesai, sudah waktunya berbicara dimensi di luar ketuhanan, yakni kemanusiaan (antropsosentris). Wilayah ketuhanan dalam ilmu kalam cenderung menutup diri, entah apa alasannya, meskipun ulasannya seputar ketuhanan, namun itu juga merupakan wacana dan penafsiran. Ini yang tidak di sepakati banyak kalangan, ketika kalam bicara perspektif ketuhanan yang berbeda- beda tidak di terima sebagai proses penafsiran, tapi final. Justru ini lagi- lagi yang memicu konflik dalam agama, apalagi beda agama.

pada pandangan masyarakat di era millenial saat ini ilmu kalam memiliki definisi atau pengertian yang bermacam- macam. Secara harfiyah ilmu kalam memiliki arti yaitu “pembicaraan”, pembicaraan yang di maksud adalah yang bernalar dan bersumber dengan melibatkan logika. Sedangkan definisi ilmu kalam memiliki  beberapa pengertian.

Pandangan Masyarakat

Seperti apa yang di uraikan dalam sejarah, bahwa konstruksi dan sistematika pemikiran ilmu kalam di bangun pada suasana dan juga respon perpecahan politik akibat pembunuhan kholifah ke 3 usman bin affan yang terjadi pada tahun 35H. ilmu kalam memiliki sifat spekulatif normatif docmatif dan berorentiasi teoritis. Rekontruksi terhadap bangunan keilmuan pemikiran ilmu kalam di era millenial yaitu sebuah ilmu yang berdialog dengan realitas dan perkembangan pemikiran yang berjumlah saat ini. Maka dalam hal ini pemanfaatan bantuan ilmu- ilmu lainnya seperti ilmu sosiologis, antropologis, psikologis, etnografi, dan filosofis.

Dengan paradigma ilmu kalam memiliki pemikiran yang di kemukakan atas beberapa contoh kasus, dalam hal ini mengisyaratkan bahwa dalam pandangan pemikiran islam sudah memiliki waktu mendesak guna untuk melakukan reintrepretasi dan rekonstruksi dalam pemikiran era millenial. Realitas sosiologis umat islam yang jatuh dalam beberapa abad yang lalu mengakibatkan rasa percaya diri berhadapan dengan superioritas peradaban barat.

Pemikiran ilmu kalam memiliki relefansi dengan aspek kekinian, dalam hal ini perlu di perhatikan semata- mata karena menyadari sangat pentingnya strategis dan peran yang di emban oleh sebuah ilmu kalam ilmu kalam seharusnya bergumul dengan pemikiran filsafat barat, problema social politik, pendidikan seni dan kehidupan.

Sebagaimana yang telah di paparkan oleh hasan hanafi bahwa kita tidak perlu memikirkan tuhan yang ada di langit, sebab ia tidak butuh pemikiran kita. Ada pun beberapa tokoh yang menjabarkan argumentasinya bahwa sebaiknya tidak perlu memikirkan tuhan namun harus memikirkan problema- problema kemanusiaan dalam kehidupan sehari- hari.

Selain dari gagasan hasan hanafi yang telah menguraikan paradigm di atas, maka pemikiran ilmu kalam dalam konteks kekinian dapat di lihat memalui pemikiran theologi pembebasan asghar ali engineer. Engineer memaparkan tiga pokok permasalahan yang mendasari argumentasinya, pertama: mengenai hubungan antara akal dan wahyu yang saling menunjang, ke dua: mengenai pluralitas dan difersirtas agama sebagai kepercayaan, ke tiga: mengenai watak keberagaman yang tercermin dalam sensifitas dan simpati terhadap penderitaan kelompok masyarakat.

Dalam dialog teologis antar umat beragama mencerminkan mentalitas cara berfikir, berperilaku terhadap keagamaan yang lebih santun, tulus, rendah hati, mengakui eksistensi warna warni penjelasan keagamaan. Oleh karena itu kerja sama antar umat beragama dan akses kehidupan dengan tetap mengakui otonomi dan eksistensi keagamaan darimasing- masingnya, hal ini lebih menjanjikan dan memberikan harapan baru untuk menuju kerukunan hidup umat beragama.

Jadi hal yang mendasari akan adanya perubahan orientasi keilmuan kalam di mana ilmu kalam pada masa lampau hanya terfokus pada persoalan tuhan, rosul, iman, dan agama. Pada saat itu ilmu kalam sedang merasa terancam karena bertabrakan dengan berbagai aliran, paham, agama dan budaya lain, sehingga perlu di adakannya pembelaan dan penjelasan rasional yang dapat membentengi hal tersebut. Akan tetapi berbeda dalam konteks kekinian problema yang telah di hadapi oleh umat islam khususnya dalam pemikiran ilmu kalam telah berbeda. Bukan lagi terfokus pada persoalan tuhan saja namun menjabarkan tentang metafisika kenyataan kehidupan mereka sehari- hari.

Pemikiran ilmu kalam di era millenial saat ini menjadikan isu- isu kekinian yang berkembang dalam realitas sosiologis seperti humanisme universal, prularisme keagamaan, kemiskinan structural, hak asasi manusia, dan kesetaraan gender. Dengan demikian paradigme baru pemikiran ilmu kalam dalam konteks era milenial lebih di orientasikan untuk menjawab problema- problema kemanusiaan, serta mampu merespon dan member solusi terhadap isu- isu di era milenial.

Kesimpulan  

Rekontruksi terhadap bangunan keilmuan pemikiran ilmu kalam di era millenial yaitu sebuah ilmu yang berdialog dengan realitas dan perkembangan pemikiran yang berjumlah saat ini. Maka dalam hal ini pemanfaatan bantuan ilmu- ilmu lainnya seperti ilmu sosiologis, antropologis, psikologis, etnografi, dan filosofis.

Pemikiran ilmu kalam memiliki relefansi dengan aspek kekinian, dalam hal ini perlu di perhatikan semata- mata karena menyadari sangat pentingnya strategis dan peran yang di emban oleh sebuah ilmu kalam ilmu kalam seharusnya bergumul dengan pemikiran filsafat barat, problema social politik, pendidikan seni dan kehidupan.

Related posts