PENGASUH BERBASIS FITRAH

PENGASUH BERBASIS FITRAH
banner 468x60

Pengasuhan merupakan kegiatan yang akan terus terjadi dilingkungan pesantren. Sebagai lembaga pendidikan tentu memiliki tanggung jawab yang berat untuk menjaga dan merawat santri yang belajar di pesantren, dalam pengasuhan berbasis fitrah pengajar dan civitas yang ada di lembaga tersebut harus mampu menjadi pengasuh yang baik untuk menemani, mendampingi dan mengayomi santri-santrinya, sebagaimana orang tua menjadikan anaknya teman berkomunikasi dan menjadikan mereka sebagai teman diskusi.

Berbicara tentang pengasuh maka kita akan mendapatkan pengertian tentang pengasuhan dimana pengasuhan dapat diartikan sebagai orang yang mengasuh atau orang tua. Di pesantren akan terlihat jelas bahwa peran seorang musyrif akan menjadi seorang wali yang harus mendampingi, mengarahkan serta mengayomi para santri dalam kegiatan sehari-hari, oleh karena itu seseorang yang sudah diberikan amanah dalam menjalankan tugasnya sebagai musyrif harus dengan baik mempelajari dan menjadikan pengasuhan berbasis fitrah sebagai pedoman dalam menjalankan tugasnya.

Musyrif merupakan pengasuh yang paling dekat dengan santri ada kemungkinan juga bahwa guru atau karyawan serta civitas memiliki kedekatan dengan santri maka pengasuhan di lembaga pensantren harus holistik semua harus memahami dan mempelajari pengasuhan berbasis fitrah. Pentingnya pengasuhan berbasis fitra untuk kemaslahatan santri dan pengasuh itu sendiri dalam menyadarkan dan merubah prilaku kearah yang baik, benar dan manfaat (BBM).

Kenapa pengasuhan berbasis fitrah itu penting untuk dijadikan sebagai aspek pendidikan selain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Inilah keunggulan apabila pengasuhan berbasis fitrah maka ada aspek ke empat yaitu aspek fitrah. Fitrah ini merupakan sumber keyakinan dan perhatian yang digunakan untuk mengingatkan seseorang menuju kebenaran (al haq), kebaikan (al khoir) dan kepentingan (al maslahah). Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Arrum ayat 30

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ  لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ 

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah maka sebagaimana dijelaskan diatas bahwa fitrah sumber keyakinan dan perhatian menuju kebenaran (al haq), kebaikan (al khoir) dan kepentingan (almaslahah). Disinilah letak keunggulan fitrah yang harus ditangkap oleh musyrif, guru dan karyawan yang harus mengarahkan santri dalam kebaikan, kebenaran, dan kebermanfaatan. Tugas musyrif berikutnya adalah mengarahkan santri kedalam kebaikan, kebenaran dan kebermanfaatan sebagaimana yang tekah disampaikan sabda nabi Muhammad Shallaallahu “alaihi wa Sallam

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ 

“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah maka bapaknyalahyang membuatnya menjadi Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi. “(HR. Bukhori No. 1319. Muslim No 2658)”.

Hadist diatas menjelaskan bahwa selain orang tua dalam melaksanakan pendidikan maka peran musyrif di pesantren harus mampu mengarahkan santri-santrinya kedalam kebaikan kebenaran dan kemaslahatan. Maka pengasuhan berbasis fitrah ini penting sekali diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam terutama di pesantren.

Kesimpulan dari pembahasan diatas bahwa pengasuhan berbasis fitrah seorang musyrif harus mampu memahami aspek pendidikan dan menjalankan dengan penuh keikhlasan, dalam mengasuh aspek fitrah ini yang akan menjadikan santri-santri menjadi sadar akan kebtuhannya dan akan menjadi orang dewasa yang penuh dengan perubahan baik, benar dan manfaat.

Related posts