Refleksi Nuzulul Qur’an ditengah wabah covid-19

banner 468x60

Tidak terasa ibadah puasa sudah lebih dari setengah bulan kita laksanakan, berbeda dengan tahun sebelumnya ramadhan tahun 1441 H ini kita laksanakan dengan warna yang berbeda baik di negara kita Indonesia maupun diseluruh belahan dunia. Hal tersebut disebabkan oleh menyebarnya virus covid19 yang sampai hari ini beritanya masih bertambah angka yang terpapar dan meninggal dunia.
Beberapa perbedaan ramadhan tahun ini adalah dalam hal ibadah, baik ibadah sholat tarawih, kegiatan tadarrus al Qur’an, kajian-kajian keilmuan Islam maupun kebiasaan ngabuburit yang rutin terjadi ketika ramadhan tiba.
Namun demikian, bukan berarti kita tidak melaksanakan ibadah dan kegiatan yang disebutkan penulis di atas, kita tetap berupaya untuk melaksanakan walaupun di rumah masing-masing. Begitu juga dengan peringatan Malam Nuzulul Qur’an yang sebagian dari masyarakat Indonesia rutin mengadakan kegiatan pengajian, kajian yang membahas sejarah turunnya al Qur’an.
Sekilas tentang Nuzulul Qur’an
Nuzulul Qur’an secara terminologis adalah fase turunnya al Qur’an dari Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Menurut beberapa pendapat ulama turunnya Al-Quran pertama kali yaitu tanggal 17 bulan Ramadhan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Quran tersebut diturunkan melalui Malaikat Jibril, dengan wahyu pertama surat Al-Alaq ayat 1-5. Ketika wahyu ini diturunkan pada Nabi Muhammad, beliau sedang berada di Gua Hira. Saat itu tiba-tiba Malaikat Jibril datang kepadanya dan menyampaikan wahyu tersebut.
Nabi Muhammad saat itu hanya seorang diri dan langsung ketakutan. Tubuhnya bahkan sampai menggigil. Kemudian Nabi Muhammad SAW pulang dan menceritakan pengalaman yang dialaminya kepada isterinya, Khadijah. Sejak peristiwa itu Nabi pun mendapatkan gelar kerasulannya. Rasul adalah seorang nabi yang mendapatkan wahyu untuk disebar luaskan kepada umat manusia.
Perlu kamu tahu bahwa pada awal datangnya, Al-Quran tidak diturunkan kepada Nabi Muhammad sekaligus satu kitab full seperti yang kita kenali kini. Namun secara bertahap dan menurut tuntutan peristiwa yang melatarinya. Lama waktu Al-Qu’an hingga menjadi utuh ini adalah 22 tahun 2 bulan dan 22 hari.
Al-Quran selesai diturunkan menjelang kewafatan Nabi Muhammad SAW pada 9 Dzulhijjah tahun 10 H yang bertepatan dengan tanggal 27 Oktober 632 M, dengan turunnya ayat yang terakhir yakni surah Al-Maidah ayat 3.

Pada suatu malam yang tenang, angin mengalir lembut dan langit bermandikan cahaya, Nabi Muhammad masih berada di dalam gua Hira. Ia sudah beberapa hari tinggal di situ untuk “tahannuts“, “khalwah“ atau berkomtemplasi. Kontemplasi adalah sebuah ritual permenungan yang intens. Al-Ghazali juga menyebutnya sebagai proses atau momen menyerap aspirasi dari langit.
Manakala kemudian keluar dari gua tersebut, tiba-tiba Jibril menampakkan diri di hadapan Nabi, dan mengatakan, “Selamat atas Anda, Muhammad. Aku Jibril pembawa “Suara Tuhan”. Anda adalah Rasulullah, utusan Allah kepada umat ini”.
Jibril kemudian merengkuh tubuh Nabi sambil berkata, “Bacalah!”
Sementara Muhammad SAW mulai ketakutan hingga gemetar kemudian menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
“Bacalah!” ulang Jibril seraya tidak melepaskan Muhammad.
Muhammad masih mengulangi jawaban yang sama. Jibril lalu menarik dan mendekapnya sampai menyulitkan Nabi untuk bernapas. Setelah dilepaskan, Jibril mengulangi lagi perintahnya dan masih dijawab dengan jawaban yang sama. Pada yang keempat kalinya Muhammad SAW kemudian mengucapkan kalimat suci ini:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ، خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ، اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ، الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ، عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.s Surat Al-Alaq:1-5)
Itulah 5 ayat pertama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril. Demikian sekilas tentang Nuzulul Qur’an.
Penulis tidak mengulas detail tentang nuzulul Qur’an, akan tetapi lebih merefleksi peristiwa tersebut dalam kehidupan kita, khususnya pada Ramadhan tahun ini yang mana kita berada ditengah merebaknya virus corona atau covid-19, jika kita setiap tahun rutin memaknai sejarah turunnya al Qur’an, maka disaat seperti ini seharusnya kita dapat lebih khusyuk dalam mendalami al Qur’an.

Read More

Sudahkan kita membaca al Qur’an?
Biasanya dihari-hari biasa kita membaca al Qur’an diwaktu- waktu tertentu, misalnya ba’da maghrib, ba’da subuh. Berbeda dengan dibulan Ramadhan, setiap waktu kosong setelah sholat fardlu ghirah kita membaca al Qur’an, itupun kita merasa sangat ringan dan bersemangat. Selain itu, dibulan ramadhan banyak dari orang Islam yang belum bisa membaca al Qur’an dengan lancar bersemangat mempelajari al Qur’an.
Sudahkah kita menghafalkan al Qur’an?
Selain membacanya, kita diminta untuk menghafalnya. Seperti dalam hadits HR. Ahmad berikut ini.
“Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri daripada manusia…” Kemudian Anas berkata lagi, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Baginda manjawab, “yaitu ahli Quran (orang yang membaca atau menghafal Quran dan mengamalkannya). Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.” (HR. Ahmad).
Itu salah satu hadits janji Allah terhadap penghafal al Qur’an. Maka dari itu.. minimal dua hal di atas (membaca, menghafal) kita mulai laksanakan di ramadhan tahun ini, penulis yakin ditengah pandemi ini kita yang bekerja dari rumah pasti waktunya lebih banyak kosongnya, karena kegiatan-kegiatan pekerjaan banyak yang dikurangi, setelah dua hal itu yang harus kita lakukan adalah memahami, mengamalkan, kemudian yang paling akhir adalah membelanya.
Minimal bisa membaca al Qur’an bagi yang belum lancar, serta dapat menghafal memahami dan mengamalkan bagi yang sudah lancar dalam membaca al Qur’an. Semoga kita termasuk ahlul Qur’an.. allahummarhamna bil Qur’an

Related posts