Resensi Buku: Kuliah Umum Linguistik

banner 468x60

Dulu, di awal-awal masa kuliah, saya tahu nama ini dari seorang dosen, kalau tidak salah ingat, ketika mengajar filsafat ilmu di kelas kami. Dari dosen itu, saya tahu bahwa sebuah nama yang disebutnya adalah seorang bapak linguistik modern dengan karya monumentalnya bertajuk Cours de Linguistique Generale. Ya, ia adalah Mongin-Ferdinand de Saussure. Usai kelas rampung, saya melupakan nama dan judul buku yang asing (benar-benar asing) itu.

Barangkali saya sangat terlambat membaca buku itu. Sebab, sekira tiga tahun kemudian, saya baru membacanya dalam edisi bahasa Indonesia, setelah ada flyer buku terbitan anyar dan membelinya. Buku itu berjudul Kuliah Umum Linguistik (2021) terjemahan Stephanus Aswar Herwinarko.

Read More

Beberapa hari kemudian, sebelum mulai membaca buku tersebut, saya iseng mencari biografi Ferdinand de Saussure di mesin peramban Google (padahal, di halaman terakhir buku ada biografi singkat Saussure dan saya ketahui setelah rampung membacanya).

Setelah memasukkan kata kunci dan sekali klik, muncul banyak sekali situs yang menyediakan informasi terkait dengan yang saya cari. Saya mulai menggeser tampilan di layar gawai ke bawah dan menemukan tautan berisi buku Pengantar Linguistik Umum terbitan Gadjah Mada University Press (1988).

Tanpa perlu pikir panjang tentang ruang penyimpanan gawai saya yang sudah sesak itu, saya mengklik opsi unduh di dalam tautan tersebut. Beberapa saat kemudian, berkas itu selesai terunduh. Di dalam berkas itu, saya temukan biografi sosok Saussure sekaligus pengantar buku cukup panjang  oleh Harimutri Kridalaksana.

Setelah cukup tahu siapa itu Saussure, saya segera mulai membaca buku bersampul merah muda dipenuhi dengan sosok Saussure yang berkumis tebal dan berjas, lengkap dengan dasinya itu.

Saussure memiliki nama lengkap Mongin-Ferdinand de Saussure. Lahir di Jenewa pada 26 November 1857 dari latar keluarga Protestan Perancis. Ia memiliki kecerdasan kognitif di atas rata-rata remaja waktu itu. Pada umur 15 tahun, ia telah menulis karangan Essai sur les langues,dan pada umur 19 tahun mulai belajar bahasa Sanskerta.

Ia tidak pernah langsung belajar ilmu bahasa. Akan tetapi, sesuai tradisi keluarganya, ia belajar ilmu kimia dan fisika di Universitas Jenewa. Ia baru belajar ilmu bahasa ketika di Leipzig pada tahun 1876-1878, lalu di Berlin pada tahun 1878-1879. Selama di perguruan tinggi itu ia bertemu dan belajar kepada dua okoh besar linguistik di masanya, Brugmann dan Hubschmann.

Prestasi lainnya, di usianya ke 23, tahun 1880, ia memperoleh gelar doktor. Dalam usia semuda itu, ia sudah dianggap sebagai tokoh besar dalam bidang linguistik. Ketika diminta untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran teoretisnya, ia selalu menolak. Hingga akhirnya, dengan terpaksa, ia memberi kuliah linguistik umum dikarenakan guru besar yang seharusnya mengajar, yaitu Joseph Wetheimer, meninggal.

Kemudian beberapa seri kuliahnya tentang linguistik umum dikumpulkan oleh beberapa mahasiswanya dan diterbitkan pada tahun 1913, bertajuk Cours de Linguistique Generale. Karya inilah yang menjadikannya dikenal sebagai pionir linguistik modern. Dalam edisi bahasa Indonesia, setidaknya ada dua buku terjemah atas Cours de Linguistique, yaitu Pengantar Linguistik Umum (1988) dan yang terbaru, Kuliah Umum Linguistik (2021).

Harimurti Kridalaksana, dalam pengantar Pengantar Linguistik Umum (1988) menyebutkan ada tiga mahasiswa Saussure yang mengumpulkan seri-seri kuliahnya, yakni Ch. Bally, A. Sechehaye dan A. Reidlinger. Berbeda dengan Kuliah Linguistik Umum (2021) yang hanya menyebut dua nama, Ch. Bally dan A. Sechehaye, sebagai rekan muda Saussure.

Dalam bukunya tersebut, Saussure mengemukakan beberapa masalah, yaitu 1) perbedaan antara langue, parole, langage, 2) perbedaan antara analisis diakronis dan sinkronis, 3) hakikat tanda bahasa (signe), 4) perbedaan hubungan asosiatif dan sintagmatik, dan 5) perbedaan antara valensi, isi dan pengertian.

Kita singgung secara singkat apa itu langue, parole dan langage. Langue adalah seluruh kebiasaan yang diperoleh secara pasif yang diajarkan oleh masyarakat bahasa. Parole adalah manifestasi individu dari bahasa atau penggunaan konkret dari bahasa. Sedangkan langage adalah gabungan parole dan kaidah bahasa (langue).

Saussure, dalam bukunya, menganalogikan konsep di atas dengan permainan catur. Langue ibarat aturan bermain catur, parole ibarat praktik bermain catur, dan langage ibarat permainan catur sendiri. Semukabalah dengan itu, Fahrudin Faiz dalam satu sesi ngaji filsafat, menyederhanakan ketiga istilah tersebut dengan; langage (kesadaran budaya), langue (kesadaran sosial) dan parole (kesadaran individual).

Kemudian Saussure juga membedakan penelitian bahasa menjadi dua, yakni diakronis dan sinkronis. Untuk memudahkan memahami kedua istilah tersebut, Saussure menganaoligkan dengan sebatang pohon yang dibelah (dipotong secara vertikal) dan dipotong (horisontal). Potongan vertikal untuk diakronis, dan horisontal untuk sinkronis. Diakronis berarti meneliti bahasa secara historis ke belakang, sementara sinkronis meneliti bahasa dalam waktu tertentu.

Dua pandangan  Saussure di atas (masih banyak pandangan besar lainnya) saya kira sudah cukup untuk membicarakan buku Kuliah Umum Linguistik (2021) ini.

Buku ini, kata sang penerjemah, Stephanus Aswar, semacam buku teori matematika. Konsep-konsepnya seperti konsep-konsep matematika yang harus dipelajari sedikit demi sedikit.

Bacaan lain yang membantu kita untuk memahami pandangan-pandangan Saussure di atas sekaligus guna membandingkan istilah-istilah asing di dalamnya adalah buku yang telah saya sebut di atas, Pengantar Linguistik Umum (1988), dengan Rahayu S. Hidayat sebagai penerjemah dan Harimurti Kridalaksana sebagai penyunting dan pemberi pengantar.

Judul Buku: Kuliah Umum Linguistik

Judul Asli: Cours de Linguistique Generale

Penulis: Ferdinand de Saussure

Cetakan: I, 2021

Tebal: 436 halaman

ISBN: 978-623-6166-37-6

Related posts