Saat Saya Nonton Berita tentang Penyebab Banjir di Kalimantan Selatan

banner 468x60

Ada hal yang menggelitik ketika sore ini nonton tv bareng istri. Saya melihat berita di running text, ada pernyataan seorang menteri tentang bencana banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan. Bahwa musibah banjir yang terjadi di Kal-Sel adalah karena anomali cuaca.

Menurut saya secara sederhana anomali cuaca dapat dikatakan sebagai sebuah kondisi atau keadaan cuaca yang berubah dan menyimpang. Berubah secara tidak wajar atau berjalan tidak seperti seharusnya. Dalam hal ini penyebab banjir di Kalimantan adalah karena curah hujan yang sangat berlebih, kira-kira begitulah.

Apa yang disampaikan menteri tersebut sepintas nampak benar. Beliau bermaksud membantah beberapa pernyataan yang dianggapnya hoaks terkait penyebab banjir tersebut. Banyak pihak yang menyebutkan bahwa penyebab banjir di Kal-Sel adalah penurunan luas hutan di wilayah Kalimantan.

Tanpa bermaksud menyinggung siapapun dan pihak manapun, apalagi pemerintah, saya bermaksud menyampaikan opini saya terkait sebab musibah banjir tersebut.

Saya teringat sebuah pembahasan dalam kajian filsafat yaitu tentang hukum kausalitas atau hubungan sebab akibat. Secara sederhana kita bisa memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini merupakan akibat dan sudah tentu ada sebabnya.

Pun demikian halnya berkaitan dengan musibah banjir yang melanda beberapa wilayah Indonesia, termasuk Kalimantan Selatan ini. Kita melihat banjir ini sebagai sebuah akibat. Akibat yang harus kita cari tahu penyebabnya.

Statemen menteri yang menyatakan bahwa banjir di Kalimantan Selatan disebabkan oleh anomali cuaca atau curah hujan yang tidak wajar menurut saya kurang tepat dan kurang mendasar. Sebab, hujan merupakan makhluk yang Allah SWT ciptakan sejak alam raya ini dibentangkan. Bahkan turunnya hujan merupakan “sebab” bagi keseimbangan alam. Adapun ketidakwajaran turunnya hujan menurut saya merupakan “akibat” dari apa yang kita lakukan.

Sebagai bangsa Indonesia yang menganut nilai-nilai Pancasila, terutama sila Ketuhanan Yang Maha Esa, tentu tidak elok manakala saya membuat opini yang berlepas dari nilai-nilai Ketuhanan tersebut. Yang saya ingin sampaikan bahwa apa yang menjadi penyebab dari banjir tersebut adalah akibat keserakahan dan kejahilan kita sendiri selaku manusia.

Saya ingin mengutip sebuah ayat dalam Al-Qur’an yaitu surat Ar Rum ayat 41. Allah ‘azza wajalla berfirman :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak al fasad (kerusakan) di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar Rum: 41).

Para ulama mengatakan: “al fasad adalah kekeringan dan kurangnya tumbuh-tumbuhan serta hilangnya keberkahan”. Makna serupa juga disebutkan oleh Ibnu Abbas: “al fasad adalah berkurangnya keberkahan dari amalan para hamba, agar mereka bertaubat”. An Nuhas berkata: “ini adalah pendapat yang terbaik mengenai makna ayat ini”.

Maka dari itu, saya merasa bahwa pendapat yang menyatakan anomali cuaca sebagai sebab musibah ini adalah kurang pas dan tidak mendasar. Seolah-olah kita menyalahkan Tuhan atas kejadian ini.

Sejalan akan hal ini, mari kita melihat fakta secara seksama tentang kerusakan yang disebabkan oleh perilaku manusia yang serakah. Penurunan luas lahan bukanlah sebuah hoaks. Itu adalah fakta sebenarnya yang terjadi di lapangan. Bagaimana pengalihan fungsi hutan sebagai penjaga keseimbangan ekosistem berubah menjadi lahan produksi. Penggundulan hutan dilakukan secara masif di mana-mana. Bahkan bisa jadi lingkungan tempat kita tinggal adalah salah satunya.

Untuk itu, mari kita bermuhasabah, mari kita menghitung diri, kita bertafakkur, jangan-jangan kita adalah kaum mufsidin (manusia-manusia yang gemar melakukan kerusakan. Mari jaga lingkungan, sayangi lingkungan. Minimal, jangan buang sampah sembarangan. Buanglah sampah pada tempatnya.

 

Related posts