Tasawuf Falsafi

banner 468x60

Tasawuf falsafi merupakan tasawuf yang muncul karena gabungan dari teori-teori tasawuf dan filsafat. Bentuk aliran ini banyak dipraktikkan dan dikembangkan oleh para sufi yang filosof atau dengan kalimat lain bisa diungkapkan bahwa Falsafi ini adalah aliran yang menjadikan satu antara tasawuf dengan aliran yang mengandung isu-isu mistik diluar lingkungan Islam.

Dalam kecenderungannya terdapat beberapa faktor filosofis antara lain: terwujudnya peluang interaksi dan kontrak dengan aliran-aliran yang mengandung sisi mistisisme lainnya. Dengan ini menyebabkan berkembanglah pemikiran-pemikiran dalam tasawuf yang bertemakan seperti fana’-al ittihad, al-hulul dan al-wujud.

Walaupun dalam perkembangannya tasawuf terpengaruh oleh pemikiran filsafat dan menimbulkan istilah atau tren-tren baru yang diwarnai dengan konsepsi dari pemikiran yang mengandung makna filosofis itu sendiri yang selanjutnya menjadikannya sebagai karakteristik dan juga ciri khasnya.

Namun dari sudut pandang lain tasawuf ini juga dapat disebut tasawuf murni karena dapat dilihat dari sisi dimana tasawuf ini menggunakan makna sekaligus simbol dari filsafat yang condong ke ajaran yang mengandung corak panteisme (arti kata panteisme disini merupakan kesatuan wujud Tuhan dengan alam semesta atau semua yang ada adalah Tuhan yang telah bersatu dengan alam semesta).

Apakah Tasawuf Falsafi seluruhnya dipengaruhi oleh filsafat?

Adapun dari sisi lain model tasawuf falsafi ini, tidak seluruhnya terpengaruh dari konsepsi pemikiran filosofis-filosofis, hal ini didapat karena konsepsi tasawuf ini juga didasarkan pada dzauq atau rasa yang didapat dari pemahaman suatu pengalaman sebagaimana yang digunakan dalam budaya filsafat Islam.

Tasawuf falsafi ini tidak sepenuhnya disebut sebagai tasawuf dan tidak sepenuhnya disebut sebagai filsafat, karena tasawuf ini dalam konsepsinya ada yang bercampur dengan pemikiran filsafat, ada juga kompromi dalam penggunaan term-term filsafat yang dalam pemaknaannya disesuaikan dengan sudut pandang tasawuf.

Untuk itu, tasawuf yang memiliki unsur filsafat ini tidak seluruhnya bisa dikatakan sebagai tasawuf, dan tidak juga dapat dikatakan sebagai filsafat. Dalam hal ini disebut sebagai tasawuf falsafi, mengapa demikian? Karena dalam satu pihak memakai filsafat disisilain juga terdapat unsur pemikiran yang bercorak pemikiran tasawuf didalamnya.

Adapun tokoh-tokoh Tasawuf Falsafi, antara lain:

  • Abu Yazid al-Bustami
  • Ibn Arabi
  • Al-Hallaj
  • Abdul Karim Al- Jilli
  • Ibn Sabiin
  • Suhrawahdi al-Maqtul

Tasawuf memiliki ajaran-ajaran bahwa dalam perpaduan antara ajaran tasawuf dengan sejumlah ajaran filsafat di luar Islam, seperti Yunani, Persia, India, dan agama Nasrani; dan untuk para tokohnya mempunyai seluk beluk sejarah kebudayaan dan pengetahuan yang melekat dan berbeda sekaligus beraneka ragam, sejalan dengan ekspansi Islam yang berjalan.

Adanya aspek-aspek pengkiasan kata filsafat dalam pengungkapan ajaran-ajarannya yang maknanya disesuaikan dengan ajaran tasawuf yang mereka anut dan berkecenderungan mendalam pada pantaisme. Hal ini seringkali menimbulkan ungkapan-ungkapan yang syathahat atau samar akibat dari banyaknya peristilahan khusus yang hanya dimengerti oleh kalangan tertentu.

Adapun metode pencapaian tujuan tasawuf sama dengan tasawuf sebelumnya, baik mengenai maqamat, ahwal, riyadhah, mujahadah, dzikir, mematikan kekuatan. Tasawuf falsafi memberikan pemahaman yang relatif sesuai siapa yang meyakininya.

Bagaimana pendapat Ibnu khaldun mengenai objek utama Tasawuf Falsafi?

Ibnu Khaldun berpendapat dalam Muqaddimahnya, beliau menyimpulkan bahwa tasawuf Falsafi mempunyai 4 objek utama, dan menurut Abu al Wafa’ bisa dijadikan karakter sufi falsafi, empat onjek tersebut antara lain:

  1. Guna untuk pelatihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta untuk menumbuhkan rasa peduli akan dirinya sendiri dengan cara intropeksi diri.
  2. Mengungkap hakekat yang tersembunyi dari alam ghaib.
  3. Menyoroti adanya berbagai peristiwa alam (kosmos) yang berpengaruh terhadap berbagai bentuk keluarbiasaan.
  4. Menciptakan peristilahan yang pengertiannya merupakan samar-samar.

Adanya pemaduan antara tasawuf dan filsafat dalam ajaran tasawuf falsafi filosofis ini, dengan sendirinya telah membuat ajaran-ajaran tasawuf jenis ini bercampur dengan ajaran filsafat di luar Islam, seperti Yunani, Persia, India dan agama Nasrani.

Namun, keeksistensiannya sebagai tasawuf akan tetap tidak hilang, hal ini dikarenakan latar belakang kebudayaan dan pengetahuan yang berbeda sejalan ekspansi Islam yang telah meluas pada waktu itu tetap berusaha menjaga kemurnian ajaran-ajarannya, khususnya bila dikaitkan dengan kedudukan mereka sebagai umat Islam.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dari sikap ini dapat menjawab pertanyaan mengapa para tokoh tasawuf jenis ini, begitu gigih mengkompromikan ajaran-ajaran filsafat yang berasal dari luar Islam tersebut ke dalam tasawuf mereka, serta menggunakan aspek-aspek dari peristilahan filsafat, tetapi yang maknanya telah disesuaikan dengan ajaran tasawuf yang mereka anut.

Related posts