Mashdar dalam artian yang sederhana adalah kata benda atau isim yang di-nashab-kan dan menempati urutan ketiga dalam hierarki tashrif (derivasi) fi’il (kata kerja) dalam bahasa Arab. Contohnya adalah dharaba (telah memukul) – yadhribu (sedang memukul) – dharban (pukulan). Berturut-turut dari contoh tersebut adalah fi’il madhi – fi’il mudhari’ – mashdar. Mashdar diklasifikasikan ke dalam dua bagian yakni mashdar yang lafdziy dan ma’nawiy.
Syaikh Abd al-Qadir al-Kuhin mengartikan mashdar dengan simbol segala sesuatu yang menampak dari al-Haqq berupa cahaya tajalli dan rahasia Dzat-Nya. Tajalli itu kurang lebih seperti cermin, dan cermin Tuhan di dunia adalah langit bumi dan segala isinya. Di balik semua itulah Tuhan juga menyelipkan berbagai rahasia-rahasia-Nya.
Mashdar berstatus Nashab yang diartikan oleh Syaikh Abd al-Qadir al-Kuhin dengan segala sesuatu yang ditampakkan dari semesta untuk mengetahui-Nya dan menyaksikan Tuhan di dalamnya. Artinya Tuhan tidak menciptakan semesta hanya untuk dilihat secara an sich, tapi untuk mengamati dan menemukan serta melihat rahasia-rahasia yang ada di dalamnya.
Dalam kitab al-Nawadir yang ditulis oleh Syaikh Syihab al-Din al-Qalyubi dikisahkan ada seorang laki-laki yang memprotes atau mempertanyakan ciptaan Allah SWT. Makhluk yang ia pertanyakan adalah kumbang kelapa yang dinilai oleh laki-laki tersebut buruk bentuk, rupa tidak baik dan baunya yang tidak enak. Secara singkat ia menanyakan apa guna Allah SWT menciptakan makhluk macam itu?.
Beberapa waktu kemudian Allah SWT memberikaan cobaan kepada laki-laki tersebut berupa penyakit luka penuh nanah yang tidak dapat diobati oleh para dokter sehingga membuat dia putus asa. Tibalah seorang pandai besi lewat di kampungnya dan minta dihadapkan kepada laki-laki tersebut. Pada tukang pandai besi itu ditanyakan obat yang bisa menyembuhkan lukanya karena para dokter sudah banyak yang angkat tangan dalam mengobatinya.
Setelah ditelisik, tukang pandai besi itu mengatakan bahwa obatnya adalah kumbang kelapa. Seketika lelaki pesakitan itu menyuruh orang-orangnya untuk membawakan kumbang kelapa sebagaimana yang diminta. Selanjutnya tukang pandai besi itu membakar kumbang kelapa tersebut dan menaburkan abunya pada bagian anggota tubuh yang sakit.
Atas izin Allah SWT sakit laki-laki tersebut berangsur sembuh. Dari sinilah laki-laki tersebut mengumumkan pada semua orang yang ada di sekitarnya bahwa Allah SWT hendak memberi tahu dirinya bahwa pada makhluk yang dianggapnya hina itu justru terdapat obat bagi penyakit manusia. Allah adalah Dzat Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui.
Lelaki yang tidak menyadari keberadaan sisi penyembuh pada kumbang kelapa itu adalah sosok yang mahjub. Sisi penyembuh dalam hewan tersebut adalah rahasia Allah SWT yang tidak setiap orang mengetahuinya. Di sinilah asma al-Syaafi Alllah SWT sebagai Dzat Yang Maha Penyembuh bersemayam. Hanya melalui berbagai riyadhoh penyucian hati rahasia-rahasia-Nya bisa terlihat dan terbaca. Di sinilah Mashdar sebagai simbol dari penampak tajallinya Tuhan dan rahasia-rahasia-Nya hadir dalam fenomena tersebut.